Dosen pembimbing
ASRIL S.H.i
MAKALAH
STUDI ISLAM ASIA TENGGARA
DISUSUN OLEH:
NAMA : SAMSUL BAHRI
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
PEKAN BARU
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT,atas
rahmat dan karuniaNya,sehingga kita bisa merasakan betapa mulianya hidup
ini.solawat dan salam buat junjungan alam nabi Muhammad SAW.yang telah
membimbing umatnya menjadi umat yang lebih baik.
Menyusun makalah ini sangatlah besar
artinya.Untuk itu,dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Harapan penulis,semoga makalah ini
bermanfa’at bagi kita semua,terutama dalam kehidupan sehari-hari,sehingga bisa
mengembangkan kreatif dan daya fikir dalam menambah ilmu pengetahuan.
PENDAHULUAN
Islam di Asia
Tenggara memiliki sejarah panjang dan tersendiri. Beberapa negara utama di
kawasan ini, seperti Malaysia, Indonesia, dan Brunai Darussalam adalah
negara-negara dengan mayoritas muslim. Bahakan jumlah penduduk muslim yang ada
di Asia Tenggara melebihi jumlah penduduk yang ada di kawasan Timur Tengah.
Namun demikian Asia Tenggara masih menyisakan beberapa kelompok Islam sebagai
minoritas.
Minoritas muslim
di Asia Tenggara juga tampak beragam meskipun terdapat setidaknya dua hal yang
bisa membantu menjelaskan masyarakat Islam Minoritas itu. Pertama,
mereka yang terbentuk akibat migrasi ke negeri dan kawasan yang telah memiliki
pemerintahan dan sistem nasional yan kokoh. Termasuk dalam kelompok minoritas
ini adalah para pedagang muslim, yang kebanyakan berasal dari anak benua India,
Myanmar, Arab, Yunnan, Vietnam, Kampuchea, laos, dan Thailand utara. Kedua,
masyarakat muslim penghuni asal yang mendapati diri mereka menjadi minoritas
karena perubahan dan perkembanagn geografis dan politik. Kasus paling nyata
dalam hal ini terjadi pada masyarakat Singapura pada abad ke-19 dan kaum muslim
Pattani di Thailand pada perempat terakhir abad ke-18
Sering terjadi
perbenturan antar Islam dan kelompok lain di daerah non-Islam. Konflik seperti
inilah yang mengindikan banyaknya permaslahan yang komplek yang dihadapi
minoritas Islam di Asia Tenggara. Ditambah lagi dengan kesenjangan di berbagai
bidang seperti pendidikan dan ekonomi membuat semangat kemerdekaan diri tidak
mudah hilang. Namun, dari semuanya itu perkembangan minoritas Islam di kawasan
Asia Tenggara memberikan harapan dan tantangan baru bagi munculnya corak dan
ragam Islam yang lebih mudah menerima konsekuensi pluralisme agama dan budaya,
serta mampu menunjukkan daya saingnya di tengah-tengah kecenderungan kompetisi
global di hampir segala bidang.
1. Pengertian Studi Islam
Secara
etimologis merupakan terjemahan dari bahasa Arab Dirasah Islamiah. Dalam kajian
Barat Studi Islam disebut Islami Studies. Dengan demikian, studi islam secara
harfiah adalah kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan ke islaman.
Sedangkan pengertian terminologis tentang studi islam dalam kajian ini, yaitu
kajian secara sistematis dan terpadu untuk mengetahui, memahami dan
menganalisis secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan agama islam,
pokok-pokok ajaran islam, sejarah islam, maupun realitas pelaksanaanya dalam
kehidupan1. Secara teoritas islam adalah agama yang ajaran-ajaranya diwahyukan
tuhan kepada manusia melalui Muhammad sebagai Rasul, Islam pada hakikatnya
membawa ajaran yang bukan hanya mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia.
Sumber ajaran yang mengambil berbagi segi dari kehidupan manusia. Sumber ajaran
yang mengambil berbagai aspek ialah Al-Quran dan Hadits. Sumber-smber ajaran
islam yang merupakan bagian pilar penting kajian islam dimunculkan agar
dikursuskan dan paradigma keislaman tidak keluar dari sumber asli, yaitu al-
Quran dan al-hadits.
Tujuan studi islam
Tujuan
pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian
manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa,
akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu, pendidikan
hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek
spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara
individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke
arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada
perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secara pribadi
kontinuitas, maupun seluruh umat manusia. (Samsul Nizar, 2002:38).
Sejarah
Asia Tenggara
Sejarah
asia teggara telah dimulai sejak zaman prasejarah. Masyarakat dan kebudayaan di Asia Tenggara, di kemudian hari berkembang
menjadi beragam budaya dan bangsa yang berbeda-beda dan spesifik, dengan
pengaruh dari budaya India dan budaya Tiongkok. Pada masa pra dan pasca kolonialisme, budaya Arab dan budaya Eropa
juga memiliki pengaruh yang besar bagi masyarakat Asia Tenggara pada umumnya
Negara-negara Asia
Tenggara
Asia tenggara adalah sebuah kawasan di benua Asia bagian tenggara.
Kawasan ini mencakup Indochina dan Semenanjung Malaya serta kepulauan di sekitarnya.
Asia Tenggara berbatasan dengan Republik Rakyat Cina di sebelah utara, Samudra Pasifik
di timur, Samudra Hindia di selatan, dan Samudra Hindia, Teluk Benggala,
dan anak benua India di barat.
Asia Tenggara biasa dipilah dalam
dua kelompok: Asia Tenggara Daratan (ATD) dan Asia Tenggara Maritim (ATM).
- Negara-negara yang termasuk ke dalam ATD adalah
- Negara-negara yang termasuk ATM adalah
2. SEJARAH MASUKNYA
ISLAM DI ASIA TENGGARA
Islam masuk ke
Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi. Hal
ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskan melalui
penaklulan Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai,
terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima masyarakat
Asia Tenggara.
Mengenai
kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hamper semuanya
didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para
pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan.
Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat
persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin
hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang
dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada
warga sekitar pesisi
Karakteristik Islam Asia Tenggara
1. Damai,ketika Islam masuk ke Asia Tenggara dengan jalur damai. Dimana islam masuk secara Penetration (Perlahan-lahan) [lawan kata Penetration adalah Futu]
2. Karena letak geografis Asia Tenggara strategis, sering di kunjungi orang asing, maka Asia Tenggara bersifat terbuka.
3.
Karena kondisi geografis/geopolitis,Islam Asia Tenggara bersifat variatif.
Misalnya Islam di Indonesia beda dengan Islam di Malaysia, tapi tetap memiliki
syariat yang sama.
4.
Islam Asia Tenggara mayoritas.
5.
Fenomena Islam Pesisir. Islam pesisir adalah Islam agama kota atau disebut juga
agama rasional (berfikir). Agama kota adalah agama yang tidak kaku, terbuka,
tidak terkonsentrasi pada orangnya, mau menerima perubahan dll. Berbeda dengan
islam daratan.
3. SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI
INDONESIA
Kedatangan
dan Penyebaran Islam di Indonesia ada teorii
yang
berpendapat baru abad ke-13 M.
yang dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan lainnya,
dan yang berpendapat sudah sejak
abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi yann
antara lain dikemukakan W.P.
Groeneveldt, Syeikh Muhammad Naguib Al-Attas, S.Q.
Fatimi, Hamka, Uka
Tjandrasasmita dll. Masing-masing golongan membuat
argumentasinya. Tetapi
bagaimanapun kami berpendapat yang benar abad ke-1 H. atau
abad ke-7 M. dan langsung dari
Arabia (Kami telah membicarakan kelemahankelemahan
teori abad ke-13 M. dalam
Sejarah Nasional Indonesia III, sejak tahun 1975
dan seterusnya serta dalam
berbagai tulisan lainnya. Kedatangan Islam awalnya melalui
perdagangan Internasional dan
penyebaran atau penyampaiannya secara lebih mendalam
oleh para da’i dan para wali (Di
Jawa Wali Sanga) yang berasal dari luar atau dari
Indonesia sendiri. Waktu
kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia melalui
beberapa fase dan yang abad ke-7
M. baru di bagian Barat Indonesia saja, Penyebaran
Islam di Indonesia bahkan di
wilayah Asia Tenggara berjalan dengan damai sesuai
dengan prinsip-prinsip konsep
Islam. Proses Islamisasi melalui berbagai jalur :
Perdagangan, Pernikahan,
Memasuki birokrasi, Sufisme, Pendidikan (Pesantren),
Kesenian.
Pertumbuhan dan Perkembangan
Kesultanan-Kesultanan di Indonesia
Di antara sejumlah
Kesultanan di Indonesia yang pada abad ke-17 M. mencapai
keemasan dilihat dari berbagai
aspek kehidupan: politik, ekonomi-perdagangan,
keagamaan dan kebudayaan: ialah
Kesultanan Aceh Darussalam semasa Sultan Iskandar
Muda, Kesultanan Mataram semasa
Sultan Agung Hanyakrasusumo, Kesultanan Banten
semasa Sultan Ageng Tirtayasa,
Kesultanan Gowa semasa Sultan Hasan Uddin. Dapat
kita catat tentang kemajuan
keagamaan terutama yang memberikan warisan kesasteraan
agama Islam mengenai berbagai
hal: Taugid, Tasawuf dan Tarekatnya, Fikh, Musyah Al-
Qur’an, dan lainnya ialah
Kesultanan Aceh Darussalam, kemudian Kesultanan Banaten.
Aceh terkenal dengan para ulama
besarnya dan tempat berguru para kiai sebelum pergi
menenuaikan ibadah haj, karena
itu sering digelari Aceh Serambi Mekkah. Di Aceh
hidup Hamzah Fansuri (w. 1527
M.), Syamsuddin As-Sumaatrani (abad 17 M.),
Nuruddin Ar-Raniri ( abd-17 M.),
Abdurrauf As-Singkili (abd 17 M.)dan lainnya.
Dari Aceh mulai sastra
keagamaaan Islam yang ditulis dalam huruf Jawi berbagasa Melayu
dan tersebar ke berbagai daerah
Indonesia: di Sumatara, di Bima, Maluku, Sulawesi-
Buton, Kalimantan. Demikian pula
pengaruhnya ke Banten , Cirebon dan lainnya. Pada
abad 17 dan 18 Masehi hubungan
atau jaringan kuat antara ulama-ulama Timur Tengah
dan Melayu-Indonesia.
KItab-kitab Fikh yang tersebar sejak masa lampau di Indonesia
telah banyak dibicarakan dan
dapat kami catatan pada umumnya di Kesulatanan-
Kesultanan di Indonesia
menerapkan Syari’ah terutama di bidang Ubudiyah, Muamalah
dan Hudud, tetapi dalam bidang
Jinayah tidak kecuali satu masa di Kesultanan Aceh
Darussalam semasa pemerintahan
Sultan Iskandar Muda (1607-1636 tetapi kemudian
dihapus mada masa Iskandar Thani
(baca Denys Lombard: Kerajaan Aceh Zaman Sultan
Iskanda Muda (1607-1636),
KPG-EFEO 2006, hlm. 118-119)
Hubungan perekonomian dan
perdagangan antar Kesultanan di Indonesia dan
antar Bangsa dengan negeri-negeri
di Asia Tenggara, Di Timur Jauh: Cina, Jepang dan
lainnya dan juga dengan Timur
Tengah: Arabia, Persi (Iran), Irak, Turki, Mesir dan
lainnya berjalan terus sekalipun
penah dirintangi oleh politk monopoli perdagangan
Portugis dan Belanda. Setelah
penjajahan VOC dan kemudian Hindia Belanda praktis
beberapa Kesulatanan
perekonomian dan perdagangannya beralih kepada penjajah
kecuali Aceh baru pada awal abad
ke-20 awal. Hubungan-hubungan ekonomi
pedagangan dengan negeri-negeri
Islam diperkuat juga dengan hubungan persabatan
dalam menghadapi penjajahan.
Dapat pula kita catatat
bahwa meskipun penjajahan VOC-Hindia Belanda
merupakan factor keruntuhan bagi
Kesultanan-Kesultanan di Indonesia namun
perlawanan dengan cara
pemberontakan seperti telah dikatakan di atas berjalan terus.
Untuk merintangi atau
menghalangi kegiatan-kegiatan Islam di berbagai bidang
Pemerintah Hindia Belanda
misalnya dalam bidang ibadah haj dikeluarkanlah Haji
Ordonansi 1922 yang sebanarnya
merugikan umat Islam Indonesia. Demikian pula di
bidang pendidikan muncul
Ordonnansi Guru, 1925. Politik penjajahan Belanda untuk
merintangi berbagai upaya bagi
umat Islam telah diatur pula oleh Het Kantoor voor
Inlandsche Zaken , tetapi
anehnya lebih mengatur kehidupan keagamaan yang dianut
bangsa Indonesia.
4. ISLAM DI INDONESIA PADA MASA KEBNGKITAN ASIAONAL, MASA
PENJAJAHAN, MASA KEMERDEKAAN,MASA ORDE
BARU DAN REFORMASI.
UMAT muslim di Indonesia merupakan penduduk mayoritas dan
terbesar di dunia. Sebagai penduduk mayoritas seharusnya dalam menjalani
tatanan kehidupan bermasyarakat harus sesuai dengan cita-cita agamanya, yakni
suatu kehidupan yang Islami. Namun fenomena yang terjadi di Indonesia sangat
kontras dengan harapan dan keinginan Islam, di zaman yang menuntut pola hidup
dan pemikiran yang progesif untuk mengimbangi modernisasi budaya barat yang
sedang melanda dunia, umat Islam di Indonesia bukannya semakin memperkuat
Ukhuwah Islamiyahnya, tetapi menjadi semakin tertutup dan saling mencurigai
terhadap kelompok Islam yang lain.
Indonesia sebagai penganut agama Islam terbesar didunia
sepertinya semakin kebingungan dan merasa tidak percaya diri untuk menunjukkan
eksistensinya sebagai kelompok mayoritas. Tanpa kita sadari ternyata budaya
"kesadaran naïf" yang ditawarkan oleh barat dengan paradigma
hedonisme telah membelenggu kehidupan kita. Apakah kita lupa bahwa pada masa
lalu peranan umat Islam untuk membebaskan Indonesia dari belenggu kolonialisme
dan imperialisme barat sangatlah besar, pelopor kebangkitan nasional adalah
umat Islam. Salah satu tokohnya ialah H.O.S Cokroaminoto dengan Sarekat
Islamnya yang pada tahun 1916 di Bandung pada saat kongres Nasional Central
Sarekat Islam tersebut, HOS Cokroaminoto memperkenalkan paradigma nasionalisme
untuk membela dan membangun Nusantara.
Selain itu, beliau mendeklarasikan Pemerintahan sendiri
untuk bangsa Indonesia dan tidak mengakui nama Hindia Belanda yang diberikan
oleh Belanda untuk nusantara. Sebagai bangsa timur, beliau lebih bangga
menyebut Indonesia dengan 'Hindia Timur' Mungkin generasi muda selama ini hanya
tahu kebangkitan nasional yang selalu di peringati setiap tanggal 20 Mei
dipelopori oleh gerakan Boedi
Di era
moderenisasi sekarang Islam harus bangkit, sudah saatnya kaum muda Islam
Indonesia meluruskan sejarah peranan umat Islam dalam kemerdekaan Indonesia,
karena selama bangsa ini dikendalikan oleh pemerintahan rezim orde baru yang
berkuasa selama 32 tahun, kelompok Islam dianggap sebagai 'racun' yang dapat
menghambat kejayaan rezim tersebut. Oleh karena itu sejarah perjuangan founding
father para kemerdekaan dengan simbol-simbol gerakan Islamnya yang menginginkan
kebebasan mutlak bangsa ini dari penindasan kaum penjajah dianggap tidak pernah
ada. Pemerintahan orde baru berusaha mendoktrin generasi sekarang agar mereka
beranggapan bahwa Islam tidak pernah berbuat apa-apa untuk bangsa ini.
5. ISLAM DI MALAYSIA DAN PERKEMBANGANNYA
Malaysia adalah salah satu negara dengan tingkat
perekonomian paling maju di kawasan Asia Tenggara. Ibu kotanya, Kuala Lumpur,
telah menjelma menjadi kota modern, dengan ikonnya menara kembar Petronas (Twin
Tower).
Sebagian kalangan di negara jiran itu menganggap, arsitektur kembar dari salah satu bangunan tertinggi di dunia ini, punya arti khusus. Menara kembar merupakan simbol kerukunan.
Sebagian kalangan di negara jiran itu menganggap, arsitektur kembar dari salah satu bangunan tertinggi di dunia ini, punya arti khusus. Menara kembar merupakan simbol kerukunan.
Tidak
berbeda dengan Indonesia, penduduk Malaysia mayoritas adalah penganut Islam.
Jumlahnya mencapai lebih 60 persen dari total populasi yang sekitar 27 juta
jiwa. Islam pun menjiwai segenap aspek kehidupan. Sejak merdeka dari Inggris
pada 31 Agustus 1956, pemerintah menerapkan kebijakan yang senantiasa
berlandaskan pada nilai-nilai agama.
Hal tersebut lantas dituangkan dalam konstitusi negara. Berdasarkan definisi pasal 160 undang-undang, segenap warga etnis Melayu dianggap beragama Islam. Meski begitu, konstitusi secara teoretis juga menjamin kebebasan beragama.
Hal tersebut lantas dituangkan dalam konstitusi negara. Berdasarkan definisi pasal 160 undang-undang, segenap warga etnis Melayu dianggap beragama Islam. Meski begitu, konstitusi secara teoretis juga menjamin kebebasan beragama.
''Tantangan Malaysia pada abad ke-21 yakni bagaimana
mewujudkan masyarakat Muslim yang demokratis di tengah kehidupan yang
multietnis dan agama,'' urai pengamat senior dari BBC, Roger
Hardy, dalam artikelnya bertajuk Malaysia: Islam and
Multi-Culturalism. Kemajuan negara dan kebangkitan Islam. Itulah tema
sentral yang diusung jajaran pimpinan pemerintahan. Dan Roger Hardy memiliki
sejumlah catatan penting terkait penerapan dua konsep tadi.
Dimulai
pada era tahun 80 dan 90-an. Ketika itu, negara seluas 329.847 kilometer
persegi ini dipimpin oleh Perdana Menteri (PM), Dr Mahathir Mohammad. Lebih
jauh Hardy menjelaskan, Mahathir menginginkan terwujudnya kemajuan Islam di era
modern. Didorong oleh tujuan tersebut, bersama partai berkuasa UMNO, Mahathir
mencanangkan program modernisasi berdasarkan dua kebijakan utama. Pertama,
Islam memperoleh keistimewaan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Ini
mencakup upaya penanaman nilai-nilai dan identitas Islam, membangun institusi
keislaman serta membuka hubungan lebih luas dengan dunia Islam. Kedua,
meneruskan kebijakan affirmative action yang telah dimulai pada
70-an, yakni memberikan keistimewaan kepada etnis Melayu yang Muslim untuk
menduduki pos-pos penting di pemerintahan maupun dalam bidang pendidikan.
Kedatangan Islam di Malasyia
Tidak adanya
document yang lengkap mengenai kedatangan islam ke Malasyia menyebabkan
munculnya berbagai teori tentang kapan dan dari mana Islam pertama kali
menyebar Negara ini. Azmi misalnya, berpendapat bahwa islam datang pertama kali
ke Malasyia sejak abad ke- 7 M. Pendapatnya ini berdasarkan pada sebuah
Argument bahwa pada pertengahan abad tersebut, pedagang islam sudah sampai ke
gugusan pulau- pulau melayu. Para pedagang Arab Muslim yang singgah di
Pelabuhan Dagang Indonesia tentu juga singgah di Pelabuhan- pelabuhan dagang
Malasyia. Salah satu tempat diantaranya yang mereka singgahi adalah Kedah,
Trengganu, dan Malaka.
Hipotesis lain dikemukakan
oleh Fatimi, bahwa islam datang pertama kali sekitar abad ke-8 H (14 M. Ia
berpegang pada penemuan Batu bersurat di Trenganu yang bertanggal 702H
(1303M). batu Bersurat itu ditulis dengan aksara Arab. Pada sebuah sisi memuat
pernyataan yang memerintahkan para penguasa dan pemerintah untuk berpegang
teguh pada keyakinan Islam dan ajaran Rasulullah.
Selain itu,
Majul mengatakan bahwa Islam pertama tiba di Malaysia sekitar abad ke-15 dan
ke-16M. Kedua pendapat ini baik Fatimi maupun Majul, juga tidak dapat diterima,
karena ada bukti yang lebih kuat yang menunjukkan bahwa Islam telah tiba jauh
sebelum itu, yaitu abad ke-3 H (10 M). pendapat terakhir ini didaraskan pada
penemuan batu nisan di Tanjung Inggris, Kedah pada tahun 1965. pada batu nisan
ini tertulis nama Syeikh Abd. Al Qodir Ibnu Husein Syah yang meninggal
pada tahun 291 H (940 M).
Baik Fatini maupun Majul agaknya
tidak mengetahui tentang penemuan batu nisan di tanjung Kedah ini. Dan tulisan
tentangnya di majalah Mastika karena tulisan tersebut diterbitkan pada tahun
1965 sedangkan penelitian mereka masing-masing dihasilkan tahun 1963 dan 1964.
Dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Malaysia pada abad ke-10 M.
sejarah masuknya islam di Malaysia
Sebagaimana
diketahui secara umum, sebelum islam datang ketanah Melayu, orang-orang Melayu
adalah penganut Animisme, Hinduisme, dan Budhisme. Namun demikian, sejak
kedatangannya, islam secara berangsur-angsur mulai diyakini dan diterima
sebagai agama baru oleh masyarakat Melayu Nusantara.
Penduduk Malaysia terdiri dari
beragam etnis dan agama. Dari 23 juta jiwa jumlah muslim hanya 58.6 % sisanya
terdiri dari 18.4% penganut budha, 6.4% Kristen dan 5.3% hindu. Namun demikian
citra dan nuansa islam lebih kentara. Ini dapat dilihat dari perbandingan
sejumlah Negara yang berpenduduk muslim dan non-muslim yang hampir seimbang,
hanya Malaysia yang memberikan banyak tekanan pada symbol-simbol, lembaga dan
pengamalan islam. Hal ini dapat dibuktikan mulai dari deklarasi pemerintah
untuk merevisi sistem hukum nasional agar lebih selaras dengan hukum islam,
deklarasi pemerintah untuk menyusun kembali model dan sistem ekonomi Malaysia
menjadi model islam, selanjutnya diikuti oleh penyediaaan infrastuktur dan
instusi-instusi islam seperti Bank Islam, Asuransi Islam, Penggadaian Islam
,Yayasan Ekonomi Islam, pembentukkan kelompok number daya islam, serta kelompok
khusus penegakkan islam, dan sebagainya.
Mengapa nuansa
Islam lebih kuat di Malaysia dibandingkan dengan Indonesia yang penduduknya 90%
bergama islam? Hal ini disebabkan oleh faktor sejarah perkembangan islam yang
telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan politik melayu
sejak masa kesultanan Malaka.
Berikut ini akan diuraikan secara
garis besar tentang faktor-faktor dalam fase sejarah Malaysia mulai mulai dari
kedatangan islam hingga perkembangan islam masa kontemporer yang turut
menyumbang bagi kuatnya kesadaran islam di Malaysia.
Islam Sebagai Identitas Melayu
Islam bagi orang
Melayu bukan hanya sebatas keyakinan tetapi juga telah menjadi identitas mereka
dan menjadi dasar kebudayaan melayu. Pakaian tradisional melayu misalnya telah
disesuaikan dengan apa yang dianjurkan oleh Islam.
Disepanjang sejarah asosiasi yang
sangat erat antara islam dengan kebudayaan dan identitas melayu ini merupakan
sesuatu yang diterima secara umum. “ Sejak membuang kepercayaan Animisme dan
memeluk islam selam kerajaan Melaka ( abad ke- 15 ), Bangsa melayu tidak pernah
berubah agama. Islam telah menjadi bagian yang menyatu dengan identitas
nasional, sejarah, hukum, entitas politik dan kebudayaan melayu. Oleh karena
itu, tidak mengherankan bila islam dianggap sebagi komponen utama budaya
melayu, dan sebagai unsur utama identitas melayu.
Dalam bidang
politik pemerintahan, juga terdapat konsepsi dan pemikiran politik yang
dipengaruhi oleh ajaran islam. Sehingga tradisi politik melayu yang berbasis
hindu budha sebelum kedatangan islam telah digantikan dengan ide-ide yang
diilhami oleh al-quran dan sumber-sumber islam lainnya.
Namun akibat kolonialisasi
inggris, identitas keislaman Melayu itu mengalami degradasi, karena tidak
jarang pihak kolonial membuat berbagai kebijakan yang melemahkan fungsi dan
peran islam dalam Melayu. Penjajah tanah Melayu, oleh Inggris telah menyebabkan
melemahnya nilai-nilai Islam yang telah meresap dalam tatanan tradisonal Melayu.
Penjajahan itu tidajk terbatas hanya pada aspek ekonomi dan politik saja tapi
termasuk juga penjajahan pikiran dan kebudayaaan.
6. ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM DAN PERKEMBANGANNYA
Brunei Darussalam adalah sebuah negara
kecil yang sangat makmur di bagian utara Pulau Borneo/Kalimantan dan berbatasan
dengan Malaysia. Brunei terdiri dari dua bagian yang yang dipisahkan di daratan
oleh Malaysia. Nama Borneo berdasarkan nama negara ini, sebab pada zaman dahulu
kala, negeri ini sangat berkuasa di pulau ini
Secara geografis, Brunei adalah
suatu negara di pantai Kalimantan bagian utara, berbatasan dengan laut Cina
Selatan, di sebelah utara dan dengan Serawak di sebalah selatan barat dan
timur. Luas: 5,765 km2, penduduk 267.000 jiwa (1989), kepadatan penduduk 46/km2,
agama: Islam( 63,4 %), Budha (14 %), Kristen (9,7 %), lain-lain (12,9 %).
Bahasa Melayu, Ibu kota: Bandar Seri Begawan, satuan mata uang : Dolar Brunei
(BI$)
Sebagian besar wilayah Brunei
terdiri dari daratan. Dengan pantai berupa rawa-rawa dengan hutan bakau, tetapi
makin jauh kepedalaman tanah makin bukit-bukit dengan ketinggian kurang dari
100 M. Diperbatasan dengan Serawak terdapat daerah berbukit dengan ketinggian
diatas 300M. Penduduk Brunei hanya berjumlah 370 ribu orang dengan pendapatan
berkapita sekitar 23,600 dollar Amerika atau sekitar 225 juta rupiah,
Penduduknya 67% beragama Islam, Budha 13%, Kristen 10% dan kepercayaan lainnya
sekitar 10%. Islam adalah agama resmi kerajaan Brunei Darusalam yang dipimpin
oleh Haji Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah (1967-kini).
Masuk Dan
Berkembangnya Islam Di Brunei Darussalam
Catatan tradisi
lisan diperoleh dari Syair Awang Semaun yang menyebutkan Brunei berasal dari
perkataan baru nah yaitu setelah rombongan klan atau suku Sakai yang dipimpin
Pateh Berbai pergi ke Sungai Brunei mencari tempat untuk mendirikan negeri
baru. Setelah mendapatkan kawasan tersebut yang memiliki kedudukan sangat
strategis yaitu diapit oleh bukit, air, mudah untuk dikenali serta untuk
transportasi dan kaya ikan sebagai sumber pangan yang banyak di sungai, maka
mereka pun mengucapkan perkataan baru nah yang berarti tempat itu sangat baik,
berkenan dan sesuai di hati mereka untuk mendirikan negeri seperti yang mereka
inginkan.
Kemudian perkataan baru nah itu
lama kelamaan berubah menjadi Brunei
Diperkirakan Islam di Brunei datang pada tahun 977 melalui jalur Timur Asteng oleh pedagang-pedagang dari negeri Cina. Catatan bersejarah yang membuktikan penyebaran Islam di Brunei adalah Batu Tarsilah. Catatan pada batu ini menggunakan bahasa Melayu dan huruf Arab. Dengan penemuan itu, membuktikan adanya pedagang Arab yang datang ke Brunei dan sekitar Borneo untuk menyebarkan dakwah Islam.
Diperkirakan Islam di Brunei datang pada tahun 977 melalui jalur Timur Asteng oleh pedagang-pedagang dari negeri Cina. Catatan bersejarah yang membuktikan penyebaran Islam di Brunei adalah Batu Tarsilah. Catatan pada batu ini menggunakan bahasa Melayu dan huruf Arab. Dengan penemuan itu, membuktikan adanya pedagang Arab yang datang ke Brunei dan sekitar Borneo untuk menyebarkan dakwah Islam.
Silsilah
kerajaan Brunei terdapat pada Batu Tarsilah yang menuliskan Silsilah Raja-Raja
Brunei yang dimulai dari Awang Alak Betatar, raja yang pertama kali memeluk
agama Islam (1368) sampai kepada Sultan Muhammad Tajuddin (Sultan Brunei ke-19,
memerintah antara 1795-1804 dan 1804-1807).
Replika stupa yang dapat
ditemukan di Pusat Sejarah Brunei menjelaskan bahwa agama Hindu-Buddha dahulu
pernah dianut oleh penduduk Brunei. Sebab telah menjadi kebiasaan dari para
musafir agama tersebut, apabila mereka sampai di suatu tempat, mereka akan
mendirikan stupa sebagai tanda serta pemberitahuan mengenai kedatangan mereka
untuk mengembangkan agama tersebut di tempat itu. Replika batu nisan P’u Kung
Chih Mu, batu nisan Rokayah binti Sultan Abdul Majid ibni Hasan ibni Muhammad
Shah Al-Sultan, dan batu nisan Sayid Alwi Ba-Faqih (Mufaqih) pula menggambarkan
mengenai kedatangan agama Islam di Brunei yang dibawa oleh musafir, pedagang
dan mubaligh-mubaliqh Islam, sehingga agama Islam itu berpengaruh dan mendapat
tempat baik penduduk lokal maupun keluarga kerajaan Islam menjadi agama resmi
negara semenjak Raja Awang Alak Betatar masuk Islam (1406-1402).
Awang Alak Betatar ialah Raja
Brunei yang pertama memeluk Islam dengan gelar Paduka Seri Sultan Muhammad
Shah. Dia terkenal sebagai pengasas kerajaan Islam di Brunei dan Borneo.
Pedagang dari China yang pernah ke Brunei merakamkan beliau sebagai
Ma-Ha-Mo-Sha. Beliau meninggal dunia pada 1402.
Awang Alak
menganut Islam dari Syarif Ali. Dikatakan, Syarif Ali adalah keturunan Ahlul
Bait yang bersambung dengan keluarga Rasulullah melalui cucu Baginda,Saidina
Hassan. Pendekatan dakwah yang dilakukan Syarif Ali tidak sekadar menarik hati
Awang Alak, dakwahnya menambat hati rakyat Brunei. Dengan kebaikan dan
sumbangan besarnya dalam dakwah Islam di Brunei, beliau dinikahkan dengan
puteri Sultan Muhammad Shah. Setelah itu, beliau dilantik menjadi Sultan Brunei
atas persetujuan pembesar dan rakyat setempat.
Sebagai pemimpin
dan ulama, Syarif Ali gigih mendaulatkan agama Islam, diantaranya membina
masjid dan melaksanakan hukum Islam dalam pentadbiran negara. Kegiatan membina
masjid ini dijadikan pusat kegiatan keagamaan dan penyebaran Islam. Setelah
tujuh tahun memerintah Brunei, pada 1432, Syarif Ali meninggal dunia dan
dimakamkan di Makam Diraja Brunei.
Perkembangan Islam semakin maju
setelah pusat penyebaran dan kebudayaan Islam Malaka jatuh ke tangan Portugis
(1511), sehingga banyak ahli agama Islam pindah ke Brunei. Jatuhnya Malaka ke
tangan Portugis tersebut telah menyebabkan Sultan Brunei mengambil alih
kepimpinan Islam dari Malaka, sehingga Kesultanan Brunei mencapai zaman
kegemilangannya dari abad ke-15 hingga abad ke-17 sewaktu memperluas
kekuaaannya ke seluruh pulau Borneo dan ke Filipina di sebelah utaranya.
Kemajuan dan
perkembangan Islam semakin nyata pada masa pemerintahan Sultan ke-5, yaitu
Sultan Bolkiah (1485 – 1524), yang wilayahnya meliputi Suluk, Selandung,
seluruh pulau Kalimantan (Borneo), kepulauan Sulu, Kepulauan Balabac, Pulau
Banggi, Pulau Balambangan, Matani dan Utara Pulau Pahlawan sampai ke Manila. Pada
masa sultan ke-9, yaitu Sultan Hassan (1605-1619), dilakukan beberapa hal yang
menyangkut tata pemerintahan, pertama, menyusun Institusi-institusi
pemerintahan agama, karena agama memainkan peranan penting dalam memandu negara
Brunei kearah kesejahteraan, kedua, menyusun adat istiadat yang dipakai dalam
semua upacara, baik suka maupun duka.
Di samping menciptakan atribut
kebesaran raja dan perhiasan raja. Ketiga, memuatkan UU Islam yaitu Hukum Qanun
yang mengandung 46 pasal dan 6 bagian. Aturan adat istiadat kerajaan dan istana
tersebut masih kekal hingga sekarang.
Pada tahun 1658
Sultan Brunei menghadiahkan kawasan timur laut Kalimantan kepada Sultan Sulu di
Filipina Selatan sebagai penghargaan terhadap Sultan Sulu dalam menyelesaikan
perang saudara di antara Sultan Abdul Mubin dengan Pengeran Mohidin.
Persengketaan dalam kerajaan Brunei merupakan satu faktor yang menyebabkan
kejatuhan kerajaan tersebut, yang bersumber dari pergolakan dalam disebabkan
perebutan kuasa antara ahli waris kerajaan, juga disebabkan timbulnya pengaruh
kuasa penjajah Eropa yang menggugat corak perdagangan tradisi, serta
memusnahkan asas ekonomi Brunei dan kesultanan Asia Tenggara yang lain
Brunei
merdeka sebagai negara Islam di bawah pimpinan sultan ke-29, yaitu Sultan
Hassanal Bolkiah Mu’izzadin Waddaulah. Panggilan resmi kenegaraan saultan adalah
“ke bawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda dan yang dipersatukan
negeri. Gelar “Muizaddin Waddaulah” (pinata agama dan negara) menunjukkan ciri
keislaman yang selalu melekat pada setiap raja yang memerintah.
Sebelum
abad 16, Brunei memainkan peranan penting dalam penyebaran Islam di Wilayah
Kalimantan dan Filipina. Sesudah merdeka, di tahun 1984 Brunei kembali
menunjukkan usaha serius bagi memulihkan nafas ke-islaman dalam suasana politik
yang baru. Di antara langkah-langkah yang diambil ialah mendirikan
lembaga-lembaga modern yang selaras dengan tuntutan Islam. Disamping menerapkan
hukum syariah dalam perundangan negara, didirikan Pusat Kajian Islam serta
lembaga keuangan Islam.
7.ISLAM DI THAILAND DAN PEKEMBAGANNYA
Islam masuk ke Thailand sejak pertengahan abad ke-19.
Proses masuknya islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakuisi
kerajaan Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh penduduk muslim Thai sebagai
Pattani Darussalam). Pattani berasal dari kata Al Fattani yang berarti
kebijaksanaan atau cerdik karena di tempat itulah banyak lahir ulama dan
cendekiawan muslim terkenal. Berbagai golongan masyarakat dari tanah Jawa
banyak pula yang menjadi pengajar Al Qur’an dan kitab-kitab islam
berbahasa Arab Jawi. Beberapa kitab Arab Jawi sampai saat ini masih diajarkan
di beberapa sekolah muslim dan pesantren di Thailand Selatan.
Perkembangan
islam di Thailand semakin pesat saat beberapa pekerja muslim dari
Malaysia dan Indonesia masuk ke Thailand pada akhir abad ke-19. Saat itu mereka
membantu kerajaan Thailand membangun beberapa kanal dan system perairan
di Krung Theyp Mahanakhon (sekarang dikenal sebagai Propinsi Bangkok). Beberapa
keluarga muslim bahkan mampu menggalang dana dan mendirikan masjid
sebagai saran ibadah
Sejarah Masuknya
Islam Di Thailand
Ada
beberapa teori tentang masuknya Islam di Thailand. Diantaranya ada yang
mengatakan Islam masuk ke Thailand pada abad ke-10 melalui para pedagang dari
Arab.[2] Dan ada pula yang mengatakan Islam masuk ke
Thailand melalui Kerajaan Samudra Pasai di Aceh.[3]
Jika kita melihat peta
Thailand, kita akan mendapatkan daerah-daerah yang berpenduduk muslim berada
persis di sebelah Negara-negara melayu, khususnya Malaysia. Hal ini sangat
berkaitan erat dengan sejarah masuknya Islam di Thailand, “jika dikatakan
masuk”. Karena kenyataanya dalam sejarah, Islam bukan masuk Thailand, tapi
lebih dulu ada sebelum Kerajaan Thailand “ Thai Kingdom” berdiri pada
abad ke-9.[4]
Menurut
pemakalah, Islam berada di daerah yang sekarang menjadi bagian Thailand Selatan
sejak awal mula penyebaran Islam dari jazirah Arab. Hal ini bisa kita lihat
dari fakta sejarah, seperti lukisan kuno yang menggambarkan bangsa Arab di
Ayuthaya, sebuah daerah di Thailand. Dan juga keberhasilan bangsa Arab dalam
mendirikan Daulah Islamiyah Pattani menjadi bukti bahwa Islam sudah ada lebih
dulu sebelum Kerajaan Thai.
Dan lebih dari itu,
penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara merupakan suatu kesatuan dakwah Islam
dari Arab, masa khilafah Umar Bin Khatab” (teori arab).[5] Entah daerah mana yang lebih dahulu
didatangi oleh utusan dakwah dari Arab. Akan tetapi secara historis, Islam
sudah menyebar di beberapa kawasan Asia Tenggara sejak lama, di Malakka, Aceh
(Nusantara), serta Malayan Peninsula termasuk daerah melayu yang berada di
daerah Siam (Thailand).[6]
Agama – agama
Di Thailand
Ada
banyak hal menarik dari diskusi mengenai agama-agama di Thailand. Setelah
membaca beberapa artikel di laman-laman di Internet, pemakalah akan mencoba
menggambarkan pada pembaca tentang keberagaman agama dan sikap masyarakat
Thailand tentang keberadaan tersebut.
Seperti yang kita
ketahui, Budha adalah agama terbesar di Thailand, karena resmi menjadi agama kerajaan.
Kehidupan Bhuda telah mewarnai hampir seluruh sisi kehidupan di Thailand, dalam
pemerintahan (kerajaan), sistem dan kurikulum pendidikan, hukum, dan lain
sebagainya. Namun, Selain agama Bhuda, di Thailand juga terdapat agama-agama
lain. Di antaranya yang pemakalah ketahui adalah Islam, Kristen, Confucius,
Hindu, dan Sikh.
8.ISLAM DI SINGAPURA DA PERKEMBNGANNYA
Singapura (ejaan Inggris: [ˈsɪŋəpɔr]), nama
resminya Republik Singapura, adalah sebuah negara pulau di lepas ujung selatan Semenanjung Malaya,
137 kilometer (85 mil) di utara khatulistiwa di Asia Tenggara. Negara ini terpisah dari Malaysia oleh Selat Johor di utara, dan dari Kepulauan Riau, Indonesia oleh Selat Singapura di selatan. Singapura adalah
pusat keuangan terdepan keempat di dunia[15] dan sebuah kota dunia kosmopolitan yang memainkan peran
penting dalam perdagangan dan keuangan internasional. Pelabuhan
Singapura adalah satu dari lima pelabuhan tersibuk di dunia.[16]
Singapura memiliki
sejarah imigrasi yang panjang. Penduduknya yang beragam
berjumlah 5 juta jiwa, terdiri dari Cina,
Melayu,
India,
berbagai keturunan Asia, dan Kaukasoid.[17] 42% penduduk Singapura adalah orang
asing yang bekerja dan menuntut ilmu di sana. Pekerja asing membentuk 50% dari
sektor jasa.[18][19] Negara ini adalah yang terpadat kedua
di dunia setelah Monako.[20] A.T.
Kearney menyebut Singapura sebagai negara paling terglobalisasi di
dunia dalam Indeks
Globalisasi tahun 2006.[21]
Sebelum merdeka tahun
1965, Singapura adalah pelabuhan dagang yang beragam dengan PDB per kapita $511, tertinggi ketiga di Asia
Timur pada saat itu.[22] Setelah merdeka, investasi asing
langsung dan usaha pemerintah untuk industrialisasi
berdasarkan rencana bekas Deputi Perdana Menteri Dr. Goh Keng Swee membentuk ekonomi Singapura
saat ini.[23]
Economist Intelligence Unit dalam "Indeks Kualitas Hidup"
menempatkan Singapura pada peringkat satu kualitas hidup terbaik di Asia dan
kesebelas di dunia.[24] Singapura memiliki cadangan devisa terbesar kesembilan di dunia.[25][26] Negara ini juga memiliki angkatan bersenjata yang maju.[27][28]
Setelah PDB-nya
berkurang -6.8% pada kuartal ke-4 tahun 2009,[29] Singapura mendapatkan gelar
pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, dengan pertumbuhan PDB 17.9% pada
pertengahan pertama 2010.[30]
Populasi Muslim
meningkat selama Inggris pemerintahan Birma
karena gelombang baru dari India Muslim Imigrasi . [34] ini menurun tajam dalam tahun-tahun
berikutnya 1941 sebagai akibat dari Burman Imigrasi perjanjian-Indo, [35] dan secara resmi dihentikan berikut
(Myanmar) kemerdekaan Burma pada tanggal 4 Januari 1948.
Muslim tiba di Burma
sebagai pelancong, petualang, pionir, pelaut, pedagang, [36] Militer Pribadi (sukarela dan tentara
bayaran), [37] dan sejumlah dari mereka sebagai
tawanan perang. [38] Ada yang dilaporkan berlindung dari
perang, Monsun badai dan cuaca, kapal
karam [39] dan untuk beberapa situasi lain.
Beberapa korban perbudakan [40] tapi banyak dari mereka yang
profesional dan tenaga terampil seperti sebagai penasihat bagi raja-raja dan
pada berbagai tingkatan administrasi sedangkan yang lain adalah pelabuhan-pihak
yang berwenang dan walikota dan laki-laki obat tradisional.
Singapura adalah sebuah
republik
parlementer dengan sistem pemerintahan parlementer unikameral]
Westminster
yang mewakili berbagai konstituensi. Konstitusi
Singapura menetapkan demokrasi
perwakilan sebagai sistem politik negara ini.[41] Partai Aksi Rakyat
(PAP) mendominasi proses politik dan telah memenangkan kekuasaan atas Parlemen
di setiap pemilihan sejak menjadi pemerintahan sendiri tahun 1959.[42] Freedom House menyebut Singapura sebagai
"sebagian bebas" dalam "laporan Freedom in the World" dan The Economist menempatkan Singapura pada
tingkat "rezim hibrida", ketiga dari empat peringkat dalam "Indeks
Demokrasi".
Tampuk kekuasaan eksekutif
dipegang oleh kabinet
yang dipimpin oleh perdana menteri. Presiden Singapura,
secara historis merupakan jabatan seremonial, diberikan hak veto tahun 1991
untuk beberapa keputusan kunci seperti pemakaian cadangan nasional dan
penunjukan jabatan yudisial. Meski jabatan ini dipilih melalui pemilu rakyat,
hanya pemilu 1993 yang pernah diselenggarakan sampai saat ini. Cabang
legislatif pemerintah dipegang oleh parlemen.[43]
Pemilihan parlemen di Singapura memiliki dasar pluralitas untuk konstituensi perwakilan kelompok sejak Undang-Undang Pemilihan Parlemen diubah tahun
1991.[44]
Anggota parlemen (MP)
terdiri dari anggota terpilih, non-konstituensi dan dicalonkan. Mayoritas MP
terpilih melalui pemilihan umum dengan sistem pertama-melewati-pos dan mewakili
Anggota Tunggal atau Konsituensi Perwakilan Kelompok (GRC).[45]
Singapura beberapa kali
masuk sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi terendah di dunia oleh Transparency
International.[46][47]
Meski hukum di
Singapura diwariskan dari hukum Inggris dan India Britania, dan meliputi banyak elemen hukum
umum Inggris, dalam beberapa kasus hukum ini keluar dari warisan
tersebut sejak kemerdekaan. Contohnya adalah pengadilan oleh juri dihapuskan.
Singapura
memiliki hukum dan penalti yang meliputi hukuman korporal yudisial dalam bentuk pencambukan untuk pelanggaran seperti pemerkosaan,
kekerasan, kerusuhan, penggunaan obat-obatan terlarang, vandalisme properti,
dan sejumlah pelanggaran imigrasi.[48][49] Singapura juga memiliki hukuman mati wajib untuk pembunuhan tingkat pertama, penyelundupan
obat-obatan terlarang, dan pelanggaran senjata api.[50] Amnesty International
mengatakan bahwa "serangkaian klausa dalam Undang-Undang Penyalahgunaan
Obat-Obatan Terlarang dan Undang-Undang Pelanggaran Senjata Api berisi dugaan
bersalah yang bertentangan dengan hak dianggap tidak bersalah hingga terbukti
bersalah dan mengikis hak pengadilan yang adil", dan memperkirakan bahwa
Singapura memiliki "kemungkinan tingkat eksekusi tertinggi di dunia bila
dibandingkan dengan jumlah penduduknya".[51] Pemerintah menyatakan bahwa Singapura
memiliki hak
berdaulat untuk menentukan sistem
yudisialnya dan memaksakan sesuatu yang dianggap sebagai hukuman
yang pantas.[52] Pemerintah memiliki sengketa dalam
beberapa poin laporan Amnesty. Mereka berkata bahwa dalam lima tahun sampai
2004, 101 warga Singapura dan 37 warga asing telah dieksekusi, semuanya kecuali
28 orang disebabkan oleh pelanggaran obat-obatan terlarang.[52] Amnesty menyebutkan 408 eksekusi
antara 1991 dan 2003 dari pemerintah dan sumber lain dari jumlah penduduk
sebanyak empat juta jiwa.[51]
9. ISLAM DI FHILIPINA DAN PERKEMBANGANNYA
Sejarah masuknya Islam di Filipina tidak dapat dilepaskan
dari kondisi sosio cultural
wilayah tersebut sebelum kedatangan Islam. Filipina adalah sebuah Negara kepulauan yang terdiri dari 7107 pulau dengan berbagai suku dan
komunitas etnis. Sebelum kedatangan Islam, Filipina adalah
sebuah wilayah yang dikuasai oleh kerajaan-kerajaan.
Islam dapat masuk dan diterima dengan baik oleh penduduk
setempat setidaknya karena ajaran Islam dapat mengakomodasi berbagai tradisi yang telah mendarah daging di hati mereka.
Para ahli sejarah menemukan bukti abad ke-16 dan abad ke-17
dari sumber- sumber
Spanyol tentang keyakinan agama penduduk Asia Tenggara termasuk Luzon, yang merupakan bagian dari Negara Filipina saat ini, sebelum
kedatangan Islam. Sumber-sumber tersebut memberikan
penjelasan bahwa sistem keyakinan agama yang sangat
dominan ketika Islam datang pada abad ke-14 sarat dengan berbagai
upacara pemujaan untuk orang yang sudah meninggal. Hal ini jelas sekali tidak sejalan dengan ajaran Islam yang menentang keras
penyembahan berhala dan politeisme. Namun tampaknya Islam
dapat memperlihatkan kepada mereka bahwa agama ini
memiliki cara tersendiri yang menjamin arwah orang yang
meninggal dunia berada dalam keadaan tenang, yang ternyata dapat mereka terima.1
Di sisi lain, tidak dapat diragukan lagi bahwa skala
perdagangan Asia Tenggara
mulai melesat sangat pesat pada penghujung abad ke-14. Hasil dari perdagangan ini, kota-kota berkembang dengan kecepatan sangat
mencengangkan termasuk sepanjang wilayah pesisir kepulauan
Filipina. Para pedagang dari berbagai negeri bertemu dan
menimbulkan adanya pertukaran baik di bidang ilmu pengetahuan
maupun agama.2 Di antara semua agama besar di dunia, Islam barangkali yang paling serasi dengan dunia perdagangan. Al-Qur’an
maupun Al- Hadits sebagai sumber tertinggi dalam agama
Islam banyak memuji kepada pedagang yang dapat dipercaya.
Hal ini mengakibatkan orang yang cenderung bergerak dalam
dunia perniagaan pasti
terpikat dengan ajaran Islam. Dari
sini, Islam terus memperluas pengaruhnya secara cultural
yaitu dengan melalui perkawinan antar etnis hingga akhirnya
melalui system politik. Jalur yang terakhir ini (politik) terjadi ketika
Islam telah dipeluk oleh para penguasa khususnya para raja.
Menurut para ahli sejarah, pada penghujung akhir abad ke-14
seorang raja terkenal
dari Manguindanao memeluk Islam. Dari sinilah awal peradaban Islam di wilayah ini mulai dirintis. Raja Manguindanao kemudian menjadi seorang
Datuk yang berkuasa di propinsi Davao di bagian tenggara
pulau Mindanao. Setelah itu, Islam disebarkan ke pulau
Lanao dan bagian utara Zamboanga serta daerah pantai lainnya.
Sepanjang garis pantai kepulauan Filipina semuanya berada dibawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam yang bergelar Datuk atau Raja.
Proses islamisasi di Filipina pada masa awal adalah melalui
tiga hal, yaitu perdagangan,
perkawinan dan politik. Diterimanya Islam oleh orang-orang Mindanao, Sulu, Manilad dan sepanjang pesisir pantai kepulauan
Filipina tidak terlepas dari ajaran Islam yang dibawa
oleh para pedagang tersebut dapat mengakomodasi tradisi
lokal.
Umat Islam Filipina yang kemudian dikenal dengan bangsa
Moro, pada akhirnya
menghadapi berbagai hambatan baik pada masa kolonial maupun pasca kemerdekaan. Bila direntang ke belakang, perjuangan bangsa Moro dapat
dibagi menjadi tiga fase:Pertama, Moro berjuang melawan penguasa Spanyol selama lebih
dari 375 tahun (1521-1898).Kedua,
Moro berusaha bebas dari kolonialisme Amerika selama 47
tahun (1898-1946).Ketiga, Moro
melawan pemerintah Filipina (1970-sekarang).
10. ISLAM DI TIMOR-TIMOR DAN PERKEMBANGANNYA
Masuknya
islam di timor-timor,dapat kita simpulkan dalam beberapa teori:
- Teori petama;islam masuk ke timor-timor bersamaan dengan masuknya islam di nusantara
- Teori kedua:penduduk asli timor-timor mengatakan bahawa islam masuk lebih awal dibandinkan dengan bangsa eropa dan agama lainnya
- Teori ketiga:saat islam masuk ketimor-timor yang bertepatan dengan masuknya Silam di kepulauan Nusantara yang di bawa oleh para pedagang Hadramaut. Namun para pedagang dari Hadramaut saat itu belum menetap, mereka mualai menetap di Dili sejak Awal Abad ke-17 M.
- Teori Keempat, sebagian orang mengatakan bahwa Islam masuk di Timor Dili bersamaan dengan datangnya para pedagang Eropa, seperti Portugal, Spanyaol, Belanda. Ketika melakukan Pelayaran di Kepulauan Nusantara dan Asia Pasifik, para pedagang Arab senantiasa berhubungan dengan pedagang-pedagang Eropa. Mereka berlayar ke Tmor melaui Pulau Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Iria Barat dan serta Kepulauan Maluku.
Pada dasarnya uamt islam di daerah Dili adalah bagian dari
beberapa Tokoh Sejarah yang
berkembang persebaran islam di daearah tersebut. Menurut informasi-informasi
masyarakat setempat dan juga kalangan keturunan Arab Hadramaut,
sebelum bangsa Portugis, Belanda, Japang , Australia,
Cina. Dan bangsa-bangsa asing lainnya , dan para pedagang
Arab sudah dating di daerah Dili membawa perdagangan dari Hadramaut, Yaman Selatan.
Menurut H Abdullah Basyarewan sebagai Ketua MUI Timor-Timur
menegaskan bahwa ketika kapal pertama Portugis tiba Di
Timor-Timur pada tahun 1512. mereka di sambut oleh masyarakat Dili
yang ketika itu di pimpin oleh Abduollah afif (adalah
salah satu seorang pedagang Arab). Namun masyarakat Dili generasi sekarang tidak mengetahui kapan
para pedagang Arab dating ke Dili yang Pasti Para
Pedagang Arab dating lebih dahulu di bandingkan dengan bangsa Eropa.6
Bukti Sejarah Lain mengatakan bahwa islam masuk ke
Timor-Timur bagian Timur
sejak abad ke-14 M bersamaan dengan masuknya Islam Nusantara melalui pedagang Arab yang dating ke Timor-Timur yang berlayar melalui Selat
Malaka, Aceh, dan Pulau Jawa yang diteruskan kepulauan
Maluku, Irian Barat, dan Nusa Tengagara Timur, dan daerah
Dili sebelum tahun 1512. warga Arab yang kemudian dating
ke Timor-timur adalah Habib Umar Muhdlar pada tahun 1678 hingga kemudiaa wafat di Dili dan di kebumikan di Lereng Bukit Taibesi.
Kedatangan bangsa Arab tidak secara langsung
terang-terangan membawa misi
penyebaran Islam.Rakyat Timor-Timur dikenalkan tentang islam melalui dunia
perdagangan, ini dikerenakan saat itu rakyat Timor-Timur belum
menerima agama manapun dan kebudayaan luar, ketika itu
rakyat Timor-Timur masih memegang kuat adapt istiadat dan
kebudayaan nenek moyang mereka yang menyembah kekuatan ghaib(Animisme) melalui benda-benda yang di anggap
keramat atau dalam istilah mereka adalahLu lik.Lulik-Lulik di puja dan dihormati
11.ISLAM DI KAMBOJA DAN PERKEMBANGANNYA
Negara
kamboja terletak di bagian Timur Asia, berbatasan dengan Thailand dari arah
utara dan barat, Laos dari arah utara dan Vietnam dari arah timur dan selatan.
Luas negara ini 181.055 Km2 dengan jumlah penduduk 11.437.656 jiwa (sensus
1998), 6% beragama Islam dan mayoritas beragama Budha serta minoritas beragama
Katholik.
Beberapa ahli sejarah
beranggapan bahwa Islam sampai di Kamboja pada abad ke-11 Masehi. Ketika itu
kaum muslimin berperan penting dalam pemerintahan kerajaan Campa,
sebelum keruntuhannya pada tahun 1470 M, setelah itu kaum muslimin memisahkandiri..
Sepanjang sejarah Kamboja baru-baru ini, kaum muslim tetap teguh menjaga pola hidup mereka yang khas, karena secara agama dan peradaban mereka berbeda dengan orang-orang Khmer yang beragama Budha. Mereka memiliki adat istiadat, bahasa, makanan dan identitas sendiri, karena pada dasarnya, mereka adalah penduduk asli kerajaan Campa yang terletak di Vietnam yang setelah kehancurannya, mereka hijrah ke negara-negara tetangga di antaranya Kamboja, ini terjadi sekita abad ke-15 Masehi.
Sepanjang sejarah Kamboja baru-baru ini, kaum muslim tetap teguh menjaga pola hidup mereka yang khas, karena secara agama dan peradaban mereka berbeda dengan orang-orang Khmer yang beragama Budha. Mereka memiliki adat istiadat, bahasa, makanan dan identitas sendiri, karena pada dasarnya, mereka adalah penduduk asli kerajaan Campa yang terletak di Vietnam yang setelah kehancurannya, mereka hijrah ke negara-negara tetangga di antaranya Kamboja, ini terjadi sekita abad ke-15 Masehi.
Pada
permulaan tahun 70-an abad ke-20, jumlah kaum muslimin di Kamboja sekitar 700
ribu jiwa. Mereka memiliki 122 mesjid, 200 mushalla, 300 madrasah islamiyyah
dan satu markaz penghafalan al-Qur’an al-Karim. Namun karena berkali-kali
terjadi peperangan dan kekacauan perpolitikan di Kamboja dalam decade 70-an dan
80-an lalu, mayoritas kaum muslimin hijrah ke negara-negara tetangga dan bagi
mereka yang masih bertahan di sana menerima berbagai penganiayaan; pembunuhan,
penyiksaan, pengusiran dan penghancuran mesjid-mesjid dan sekolahan, terutama
pada masa pemerintahan Khmer Merah, mereka dilarang mengadakan
kegiatan-kegiatan keagamaan, hal ini dapat dimaklumi, karena Khmer Merah
berfaham komunis garis keras, mereka membenci semua agama dan menyiksa siapa
saja yang mengadakan kegiatan keagamaan, muslim, budha ataupun lainnya. Selama
kepemerintahan mereka telah terbunuh lebih dari 2 juta penduduk Kamboja, di
antaranya 500.000 kaum muslimin, di samping pembakaran beberapa mesjid,
madrasah dan mushaf serta pelarangan menggunakan bahasa Campa, bahasa kaum
muslimin di Kamboja.
Baru
setelah runtuhnya kepemerintahan Khmer Merah ke tangan pememrintahan baru yang
ditopang dari Vietnam, secara umum keadaan penduduk Kamboja mulai membaik dan
kaum muslimin yang saat ini mencapai kurang lebih 45.000 jiwa dapat melakukan
kegiatan keagamaan mereka dengan bebas, mereka telah memiliki 268 mesjid, 200
mushalla, 300 madrasah islamiyyah dan satu markaz penghafalan al-Qur’an
al-Karim. Di samping mulai bermunculan organisasi-organisasi keislaman, seperti
Ikatan Kaum Muslimin Kamboja, Ikatan Pemuda Islam Kamboja, Yayasan Pengembangan
Kaum Muslimin Kamboja dan Lembaga Islam Kamboja untuk Pengembangan. Di antara
mereka juga ada yang menduduki jabatan-jabatan penting dipemerintahan, seperti
wakil perdana menteri, menteri Pendidikan, wakil menteri Transportasi, dua
orang wakil menteri agama dan dua orang anggota majlis ulama.
Sekalipun
kaum muslimin dapat menjalankan kegiatan kehidupan mereka seperti biasanya dan
mulai mendirikan beberapa madrasah, mesjid dan yayasan, namun program-program
mereka ini mengalami kendala finansial yang cukup besar, melihat mereka sangat
melarat. Ini dapat dilihat bahwa gaji para tenaga pengajar tidak mencukkupi
kebutuhan keluarga mereka. Disamping itu sebagian kurikulum pendidikan di
beberapa sekolah agama sangat kurang dan tidak baku.
Saat ini kaum muslimin
Kamboja berpusat di kawasan Free Campia bagian utara sekitar 40 % dari
penduduknya, Free Ciyang sekitar 20 % dari penduduknya, Kambut sekitar
15 % dari penduduknya dan di Ibu Kota Pnom Penh hidup sekitar 30.000
muslim. Namun sayang, kaum muslimin Kamboja belum memiliki media informasi
sebagai ungkapan dari identitas mereka, hal ini dikarenakan kondisi
perekomomian mereka yang sulit.
Kaum muslimin Kamboja
khususnya dan beberapa kawasan Islam di bagian timur Asia pada umumnya
membutuhkan kucuran bantuan dari saudara-saudara mereka, khususnya
yayasan-yayasan sosial dan lembaga-lembaga kemanusiaan, mereka sangat
membutuhkan program-program yang dapat meninggikan taraf kehidupan mereka,
karena selama ini sebagian besar dari mereka bergantung dari pertanian dan
mencari ikan, dua pekerjaan yang akhir-akhir ini sangat berbahaya, karena
sering terjadi banjir dan angin topan yang menyebabkan kerugian besar bagi kaum
muslimin dan membawa mereka sampai ke bawah garis kemiskinan.
Kaum
muslimin Kamboja juga membutuhkan pembangunan beberapa sekolah dan pembuatan
kurikulum Islam yang baku, karena selama ini sekolah-sekolah yang berdiri saat
ini berjalan berdasarkan ijtihad masing-masing, setiap sekolah ditangani oleh
seorang guru yang membuat kurikulum sendiri yang umumnya masih lemah dan
kurang, bahkan ada beberapa sekolah diliburkan lantaran guru-gurunya berpaling
mencari pekerjaan lain yang dapat menolong kehidupan mereka. Mereka juga sangat
membutuhkan adanya terjemah al-Qur’an al-Karim dan buku-buku Islami, khususnya
yang berkaitan dengan akidah dan hukum-hukum Islam.
12. ISLAM DI VIETNAM DAN PERKEMBANGANNYA
Vietnam
merupakan negara yang berbentuk Republik Sosialis dan salah satu negara Asia
Tenggara yang terletak di antara Kamboja dan Republik Laos di bagian barat dan
China di bagian utara.
Vietnam merupakan
negeri animisme yang memiliki banyak sejarah yang berdiri sejak 4 ribu tahun
lalu, terdiri dari lebih 50 suku, dan setiap suku memiliki dan berbicara dengan
bahasa sendiri-sendiri, sementara bahasa Vietnam merupakan bahasa resmi mereka.
Jumlah penduduk Vietnam mencapai 85 Juta jiwa, dengan Ibu kota negaranya Hanoy, dan kota terbesarnya adalah Ho Chi Minh City atau Saigon (nama lama). Luas negara Vietnam 329,560 km2, dan terbagi pada 59 wilayah daerah dan 5 kota besar. Sejumlah provinsi diklasifikasi dalam delapan wilayah yaitu Northwest, Northeast, Red River Delta, North Central Coast, South Central Coast, Sentral Highland, Southeast, dan Mekong River Delta.
Jumlah penduduk Vietnam mencapai 85 Juta jiwa, dengan Ibu kota negaranya Hanoy, dan kota terbesarnya adalah Ho Chi Minh City atau Saigon (nama lama). Luas negara Vietnam 329,560 km2, dan terbagi pada 59 wilayah daerah dan 5 kota besar. Sejumlah provinsi diklasifikasi dalam delapan wilayah yaitu Northwest, Northeast, Red River Delta, North Central Coast, South Central Coast, Sentral Highland, Southeast, dan Mekong River Delta.
Masuknya Islam
ke Vietnam
Para ahli sejarah
berbeda pendapat tentang penentuan tahun masuknya Islam ke Vietnam, namun
mereka sepakat bahwa Islam telah sampai ke negara ini pada adab ke 10 dan 11
Masehi melalui jamaah dari India, Persia dan pedagang Arab, dan menyebar antara
jamaah Cham sejak adanya perkembangan kerajaan mereka di daerah tengah Vietnam
hari saat ini, dan dikenal dengan nama kerajaan Cham. Islam telah sampai ke negara ini pada adab ke 10 dan 11 Masehi
melalui jamaah dari India, Persia dan pedagang Arab.
Jumlah umat
Islam dan daerah penyebarannya:
Menurut data statistik
dari situs departemen luar negeri Vietnam jumlah umat Islam di Vietnam mencapai
70.700 ribu jiwa. Terdapat 100 masjid di beberapa bagian negeri, dan umat Islam
tersebar pada daerah yang beragam, di antaranya: Binh Thuan, Ninh Thuan, An
Giang, Tay Ninh, Dong Nai, dan Ho Chi Minh City, kelompok kecil di ibu kota Ha
Noi.
Mazhab Yang Diikuti.
Mazhab Yang Diikuti.
Terdapat
dua mazhab besar umat Islam di Vietnam: mazhab Sunni dan mazhab Bani. Adapun
mazhab Sunni tersebar diseluruh penjuru negara kecuali dua tempat antara Tuan
Han dan Ninh Thuan, dan mayoritas mereka menganut mazhab Syafi’i. Adapun mazhab
Bani berada di daerah Ninh Thuan dan Binh Thuan, dan mazhab ini tidak banyak
dikenal oleh umat Islam di dunia; karena memiliki ciri khusus domistik dan
memiliki pengaruh kuat warisan dari India yang banyak bertentangan dengan
ajaran Islam yang benar,
Kelompok-kelompok klasik umat Islam.
Umat
Islam Vietnam banyak yang loyal pada suku-suku beragam, dan melalui tulisan
dapat kita bagi pada 3 kelompok:
- Kelompok pertama: Muslim Tcham, yang merupakan kelompok mayoritas.
- Kelompok kedua: umat yang berasal dari suku-suku yang beragam, mereka adalah pedagang muslim yang datang dari negeri-negeri yang beragam kemudian menikah dari anak-anak negeri tersebut, seperti Arab, India, Indonesia, Malaysia dan Pakistan, dan jumlah mereka merupakan kelompok terbesar dari jumlah umat Islam secara keseluruhan.
- Kelompok ketiga: muslim dari warga Vietnam asli, dan mereka adalah warga Vietnam yang masuk setelah berinteraksi dengan para pedagang muslim dan komunikasi secara baik, seperti kampng Tan Buu pada bagian kota Tan An, baik dengan masuknya warga kepada Islam atau mereka masuk Islam melalui pernikahan.
Kondisi umat
Islam.
Umat
Islam adalah bagian dari penduduk negeri, maka dari itu kondisi mereka sangat
berhubungan dengan pertumbuhan negara dan kemajuannya. Dan kondisi negara
Vietnam sepanjang tahun terakhir ini mengalami kemajuan yang pesat dan prestasi
yang banyak yang belum pernah dialami pada pemerintahan sebelumnya.
Pada tahun 2007,
Vietnam resmi menjadi anggota organisasi negara perdagangan internasional,
setelah mampu berpartisipasi melakukan perbaikan ekonomi dan meluas jaringannya
pada beberapa tahun terakhir. Karena itulah Vietnam menjadi salah satu dari negara
yang mampu membangun beberapa komponen perbaikan ekonomi dan membuka negara di
hadapan investor asing dan perusahaan-perusahaan swasta dengan jumlah milyaran
dollar untuk menanamkan investasinya di berbagai lini dan sektor yang beragam.
..jika dibandingkan
dengan kondisi umat pada kurun sebelumnya, umat Islam saat ini mengalami
perbaikan sehingga sebagian umat Islam mampu keluar dari sangkar kemiskinan dan
ketiadaan, bahkan berubah kondisi hidup mereka..
Dan jika dibandingkan
dengan kondisi umat pada kurun sebelumnya, umat Islam saat ini mengalami
perbaikan sehingga sebagian umat Islam mampu keluar dari sangkar kemiskinan dan
ketiadaan, bahkan berubah kondisi hidup mereka. Namun jumlahnya masih terbatas,
karena masih banyak dari umat Islam bahkan dalam jumlah yang begitu besar
menghadapi berbagai problema kemiskinan dan permasalahan materi khususnya yang
tinggal di luar dari Ho Chi Minh City.
pendidikan di
Vietnam
Pada
bidang pendidikan, para pelajar Islam mampu masuk pada sekolah-sekolah negeri,
ma’had-ma’had (kejuruan) dan universitas-universitas baik yang ada di dalam
negeri maupun di luar negeri. Dan di antara negara yang dijadikan tempat untuk
belajar bagi pelajar Vietnam adalah Malaysia, Indonesia, Saudi, Libia dan
Mesir. Mereka mempelajari berbagai bidang ilmu dan spesialis. Dan jumlah
pelajar Vietnam yang berada di Malaysia berjumlah 50 orang, dan yang belajar di
UII Kuala Lumpur berjumlah 30 orang dan sisanya di sekolah-sekolah umum dan
ma’had-ma’had lainnya.
Sementara di Saudi
terdapat 15 orang, di Libia 5 orang, di Mesir 3 orang. Dan sebagian mereka ada
yang telah lulus dan kembali ke negara mereka, kemudian mendapatkan pekerjaan
dan masih bisa melakukan pekerjaan di berbagai perusahaan yang beragam. Dan
kelompok ini adalah yang berhasil meraih ilmu terapan, adapun yang berhasil
mendapatkan ilmu-ilmu syariah seperti kuliah syariah dan kuliah ushuluddin
tidak mendapatkan pekerjaan resmi dan tidak ada lembaga atau yayasan yang mau menampung
mereka. Karena itu mereka sangat membutuhkan dukungan dari negara-negara Islam
atau lembaga-lembaga sosial, seperti mengangkat mereka sebagai duat dan
memberikan mereka bantuan materi atau gaji bulanan untuk dapat melakukan
aktivitas dan agenda dakwah di tengah masyarakat mereka dan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga mereka.
13. ISLAM DI MYANMAR DAN PERKEMBANGANNYA
Agama Islam
pertama kali tiba di Myanmar pada tahun 1055.
Para saudagar Arab yang beragama
Islam ini mendarat di delta Sungai Ayeyarwady, Semenanjung
Tanintharyi, dan Daerah Rakhin. Kedatangan umat Islam ini dicatat oleh
orang-orang Eropa, Cina
dan Persia.[2][3]Populasi umat Islam yang ada di Myanmar
saat ini terdiri dari keturunan Arab, Persia, Turki, Moor,
Pakistan
dan Melayu.
Selain itu, beberapa warga Myanmar juga menganut agama Islam
seperti dari etnis Rakhin dan Shan.
Populasi Islam
di Myanmar
sempat meningkat pada masa penjajahan Britania
Raya, dikarenakan banyaknya umat Muslim India
yang bermigrasi ke Myanmar. Tapi, populasi umat Islam
semakin menurun ketika perjanjian India-Myanmar ditandatangani pada tahun 1941.[4]
Sebagian besar Muslim
di Myanmar
bekerja sebagai penjelajah, pelaut, saudagar dan tentara.[5]Beberapa diantaranya juga bekerja
sebagai penasehat politik Kerajaan Burma. Muslim Persia menemukan Myanmar
setelah menjelajahi daerah selatan Cina. Koloni muslim Persia di Myanmar ini tercatat di buku Chronicles of China
di 860.
Umat muslim asli Myanmar disebut Pathi dan muslim Cina
disebut Panthay. Konon, nama Panthay berasal dari kata Parsi.
Kemudian, komunitas muslim bertambah di daerah Pegu, Tenasserim, dan Pathein.
Tapi komunitas muslim ini mulai berkurang seiring dengan bertambahnya populasi
asli Myanmar. Pada abad ke-19, daerah Pathein dikuasai oleh tiga raja
muslim India.
Pada zaman Raja Bagan
yaitu Narathihpate (1255-1286), pasukan muslim Tatar
pimpinan Kublai Khan dan menguasai Nga Saung Chan.
Kemudian, pasukan Kublai Khan ini menyerang daerah Kerajaan Bagan. Selama
peperangan ini, Kolonel Nasrudin juga menguasai daerah Bamau.
Islam adalah agama minoritas di
Burma , [1] yang dilakukan oleh 4% dari populasi , menurut Myanmar statistik resmi . [2] Namun, menurut US State
Department 's 2006 kebebasan beragama laporan internasional , [3] statistik resmi meremehkan
non-Buddhis populasi yang dapat
setinggi 30%
Kaum Muslim pertama
tiba di pantai Arakan dan pedalaman ke atas untuk Maungdaw ketika Muhammad
al-Hanafiyya, seorang putra Khalifah Ali tiba di Arakan pada tahun 680 Masehi
oleh rute laut Teluk Benggala saat ia dan sahabat meninggalkan Kufah dalam
lingkungan politik yang kacau. Makam Muhammad al-Hanafiyya (Muhammad Hanifah)
dan istrinya Khaya Pari masih ada di puncak bukit dari Maungdaw. [4] Lalu Muslim tiba di Birma Sungai Ayeyarwady
delta , di pantai Taninthary
dan di Rakhine di abad
ke-9, sebelum pembentukan kerajaan Burma yang pertama
di 1055 Masehi oleh Raja Anawrahta dari Bagan . [5] [6] [7] [8] [9] [10] Muslim awal ini pemukiman dan
propagasi dari Islam yang didokumentasikan oleh
Arab , Persia , Eropa dan Cina pelancong dari 9 abad . [5] [11] Burma umat Islam adalah keturunan dari muslim orang yang menetap dan
intermarried
dengan lokal kelompok etnis
Burma . [12] [13] Muslim tiba di Burma sebagai pedagang atau pendatang , [ 14] personil militer , [15] dan tawanan perang , [15] pengungsi , [5] dan sebagai korban dari perbudakan . [16] Namun, umat Muslim awal banyak juga
memegang jabatan status sebagai penasihat kerajaan
, administrator kerajaan , otoritas pelabuhan
, walikota , dan obat tradisional
laki-laki. [17]
Persia Muslim tiba di
Burma utara di perbatasan dengan wilayah Cina Yunnan seperti yang tercatat
dalam Tawarikh dari Cina pada 860 AD. [5] [18] Burma Muslim kadang-kadang disebut
Pathi, [19] nama diyakini berasal dari Persia .
Banyak pemukiman di wilayah selatan dekat hari ini Thailand yang terkenal
karena populasi Muslim, di mana umat Islam sering kalah jumlah para penganut
agama Buddha setempat. Dalam satu catatan, Pathein dikatakan diisi
dengan Pathis, [19] dan diperintah oleh tiga Muslim India
Raja abad ke-13. [20] [21] [22] pedagang Arab juga tiba di Martaban,
Margue, dan ada Arab pemukiman di kepulauan ini Teman Meik pertengahan barat
tempat tinggal. [23]
Selama masa
pemerintahan Raja Bagan, Narathihapate
(1255-1286), dalam perang Sino-Burman pertama, Kubilai Khan 's
Muslim Tatar menyerang dan menduduki
Kerajaan Pagan daerah sampai Nga Saung Chan. Pada 1283, Kolonel Nasruddin Turki
menduduki wilayah sampai dengan Bamaw (Kaungsin). [24] Turki orang (Tarek)
disebut Mongol, Manchuria , Mahamaden atau
Panthays . [25]
Sebuah
Masjid di Mandalay
Yang pertama Muslim telah mendarat di Myanmar (Burma) Sungai Ayeyarwady
delta, pantai Taninthary
dan Rakhine sebagai
pelaut di abad ke-9, sebelum pembentukan) kerajaan Myanmar (Burma pertama di
1055 Masehi oleh Raja Anawrahta dari Bagan atau Pagan. [26] [27] [28] [29] The fajar permukiman Muslim dan
penyebaran Islam secara luas
didokumentasikan oleh Arab , Persia , Eropa dan Cina pelancong dari
abad ke-9. [30] [31] Populasi saat Muslim Myanmar
keturunan Arab , Persia , Turki , Moor , India-Muslim , syekh , Pakistan , Pathan , Bengali , China Muslim dan Melayu yang
menetap dan menikah dengan lokal Burma dan banyak kelompok etnis Myanmar
seperti, Rakhine , Shan , Karen , Mon dll . [32] [33]