Kamis, 17 Mei 2012

STUDI ISLAM ASIA TENGARA


Dosen pembimbing
ASRIL S.H.i

MAKALAH


STUDI ISLAM ASIA TENGGARA





DISUSUN OLEH:

NAMA   : SAMSUL BAHRI
  


 JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
PEKAN BARU
2011










KATA PENGANTAR


            Puji syukur kehadirat Allah SWT,atas rahmat dan karuniaNya,sehingga kita bisa merasakan betapa mulianya hidup ini.solawat dan salam buat junjungan alam nabi Muhammad SAW.yang telah membimbing umatnya menjadi umat yang lebih baik.

            Menyusun makalah ini sangatlah besar artinya.Untuk itu,dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

            Harapan penulis,semoga makalah ini bermanfa’at bagi kita semua,terutama dalam kehidupan sehari-hari,sehingga bisa mengembangkan kreatif dan daya fikir dalam menambah ilmu pengetahuan.















PENDAHULUAN
Islam di Asia Tenggara memiliki sejarah panjang dan tersendiri. Beberapa negara utama di kawasan ini, seperti Malaysia, Indonesia, dan Brunai Darussalam adalah negara-negara dengan mayoritas muslim. Bahakan jumlah penduduk muslim yang ada di Asia Tenggara melebihi jumlah penduduk yang ada di kawasan Timur Tengah. Namun demikian Asia Tenggara masih menyisakan beberapa kelompok Islam sebagai minoritas.
Minoritas muslim di Asia Tenggara juga tampak beragam meskipun terdapat setidaknya dua hal yang bisa membantu menjelaskan masyarakat Islam Minoritas itu. Pertama, mereka yang terbentuk akibat migrasi ke negeri dan kawasan yang telah memiliki pemerintahan dan sistem nasional yan kokoh. Termasuk dalam kelompok minoritas ini adalah para pedagang muslim, yang kebanyakan berasal dari anak benua India, Myanmar, Arab, Yunnan, Vietnam, Kampuchea, laos, dan Thailand utara. Kedua, masyarakat muslim penghuni asal yang mendapati diri mereka menjadi minoritas karena perubahan dan perkembanagn geografis dan politik. Kasus paling nyata dalam hal ini terjadi pada masyarakat Singapura pada abad ke-19 dan kaum muslim Pattani di Thailand pada perempat terakhir abad ke-18
Sering terjadi perbenturan antar Islam dan kelompok lain di daerah non-Islam. Konflik seperti inilah yang mengindikan banyaknya permaslahan yang komplek yang dihadapi minoritas Islam di Asia Tenggara. Ditambah lagi dengan kesenjangan di berbagai bidang seperti pendidikan dan ekonomi membuat semangat kemerdekaan diri tidak mudah hilang. Namun, dari semuanya itu perkembangan minoritas Islam di kawasan Asia Tenggara memberikan harapan dan tantangan baru bagi munculnya corak dan ragam Islam yang lebih mudah menerima konsekuensi pluralisme agama dan budaya, serta mampu menunjukkan daya saingnya di tengah-tengah kecenderungan kompetisi global di hampir segala bidang.
1. Pengertian Studi Islam
Secara etimologis merupakan terjemahan dari bahasa Arab Dirasah Islamiah. Dalam kajian Barat Studi Islam disebut Islami Studies. Dengan demikian, studi islam secara harfiah adalah kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan ke islaman. Sedangkan pengertian terminologis tentang studi islam dalam kajian ini, yaitu kajian secara sistematis dan terpadu untuk mengetahui, memahami dan menganalisis secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan agama islam, pokok-pokok ajaran islam, sejarah islam, maupun realitas pelaksanaanya dalam kehidupan1. Secara teoritas islam adalah agama yang ajaran-ajaranya diwahyukan tuhan kepada manusia melalui Muhammad sebagai Rasul, Islam pada hakikatnya membawa ajaran yang bukan hanya mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber ajaran yang mengambil berbagi segi dari kehidupan manusia. Sumber ajaran yang mengambil berbagai aspek ialah Al-Quran dan Hadits. Sumber-smber ajaran islam yang merupakan bagian pilar penting kajian islam dimunculkan agar dikursuskan dan paradigma keislaman tidak keluar dari sumber asli, yaitu al- Quran dan al-hadits.
Tujuan studi islam
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secara pribadi kontinuitas, maupun seluruh umat manusia. (Samsul Nizar, 2002:38).
Sejarah Asia Tenggara

Sejarah asia teggara telah dimulai sejak zaman prasejarah. Masyarakat dan kebudayaan di Asia Tenggara, di kemudian hari berkembang menjadi beragam budaya dan bangsa yang berbeda-beda dan spesifik, dengan pengaruh dari budaya India dan budaya Tiongkok. Pada masa pra dan pasca kolonialisme, budaya Arab dan budaya Eropa juga memiliki pengaruh yang besar bagi masyarakat Asia Tenggara pada umumnya
Negara-negara Asia Tenggara
Asia tenggara adalah sebuah kawasan di benua Asia bagian tenggara. Kawasan ini mencakup Indochina dan Semenanjung Malaya serta kepulauan di sekitarnya. Asia Tenggara berbatasan dengan Republik Rakyat Cina di sebelah utara, Samudra Pasifik di timur, Samudra Hindia di selatan, dan Samudra Hindia, Teluk Benggala, dan anak benua India di barat.
Asia Tenggara biasa dipilah dalam dua kelompok: Asia Tenggara Daratan (ATD) dan Asia Tenggara Maritim (ATM).

2. SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI ASIA TENGGARA
Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi. Hal ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskan melalui penaklulan Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai, terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima masyarakat Asia Tenggara.
Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hamper semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisi
Karakteristik Islam Asia Tenggara

1. Damai,ketika Islam masuk ke Asia Tenggara dengan jalur damai. Dimana islam masuk secara Penetration (Perlahan-lahan) [lawan kata Penetration adalah Futu]
2. Karena letak geografis Asia Tenggara strategis, sering di kunjungi orang asing, maka Asia Tenggara bersifat terbuka.
3. Karena kondisi geografis/geopolitis,Islam Asia Tenggara bersifat variatif. Misalnya Islam di Indonesia beda dengan Islam di Malaysia, tapi tetap memiliki syariat yang sama.
4. Islam Asia Tenggara mayoritas.
5. Fenomena Islam Pesisir. Islam pesisir adalah Islam agama kota atau disebut juga agama rasional (berfikir). Agama kota adalah agama yang tidak kaku, terbuka, tidak terkonsentrasi pada orangnya, mau menerima perubahan dll. Berbeda dengan islam daratan.


3. SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA

Kedatangan dan Penyebaran Islam di Indonesia ada teorii yang
berpendapat baru abad ke-13 M. yang dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan lainnya,
dan yang berpendapat sudah sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi yann
antara lain dikemukakan W.P. Groeneveldt, Syeikh Muhammad Naguib Al-Attas, S.Q.
Fatimi, Hamka, Uka Tjandrasasmita dll. Masing-masing golongan membuat
argumentasinya. Tetapi bagaimanapun kami berpendapat yang benar abad ke-1 H. atau
abad ke-7 M. dan langsung dari Arabia (Kami telah membicarakan kelemahankelemahan
teori abad ke-13 M. dalam Sejarah Nasional Indonesia III, sejak tahun 1975
dan seterusnya serta dalam berbagai tulisan lainnya. Kedatangan Islam awalnya melalui
perdagangan Internasional dan penyebaran atau penyampaiannya secara lebih mendalam
oleh para da’i dan para wali (Di Jawa Wali Sanga) yang berasal dari luar atau dari
Indonesia sendiri. Waktu kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia melalui
beberapa fase dan yang abad ke-7 M. baru di bagian Barat Indonesia saja, Penyebaran
Islam di Indonesia bahkan di wilayah Asia Tenggara berjalan dengan damai sesuai
dengan prinsip-prinsip konsep Islam. Proses Islamisasi melalui berbagai jalur :
Perdagangan, Pernikahan, Memasuki birokrasi, Sufisme, Pendidikan (Pesantren),
Kesenian.

Pertumbuhan dan Perkembangan Kesultanan-Kesultanan di Indonesia

Di antara sejumlah Kesultanan di Indonesia yang pada abad ke-17 M. mencapai
keemasan dilihat dari berbagai aspek kehidupan: politik, ekonomi-perdagangan,
keagamaan dan kebudayaan: ialah Kesultanan Aceh Darussalam semasa Sultan Iskandar
Muda, Kesultanan Mataram semasa Sultan Agung Hanyakrasusumo, Kesultanan Banten
semasa Sultan Ageng Tirtayasa, Kesultanan Gowa semasa Sultan Hasan Uddin. Dapat
kita catat tentang kemajuan keagamaan terutama yang memberikan warisan kesasteraan
agama Islam mengenai berbagai hal: Taugid, Tasawuf dan Tarekatnya, Fikh, Musyah Al-
Qur’an, dan lainnya ialah Kesultanan Aceh Darussalam, kemudian Kesultanan Banaten.
Aceh terkenal dengan para ulama besarnya dan tempat berguru para kiai sebelum pergi
menenuaikan ibadah haj, karena itu sering digelari Aceh Serambi Mekkah. Di Aceh
hidup Hamzah Fansuri (w. 1527 M.), Syamsuddin As-Sumaatrani (abad 17 M.),
Nuruddin Ar-Raniri ( abd-17 M.), Abdurrauf As-Singkili (abd 17 M.)dan lainnya.


Dari Aceh mulai sastra keagamaaan Islam yang ditulis dalam huruf Jawi berbagasa Melayu
dan tersebar ke berbagai daerah Indonesia: di Sumatara, di Bima, Maluku, Sulawesi-
Buton, Kalimantan. Demikian pula pengaruhnya ke Banten , Cirebon dan lainnya. Pada
abad 17 dan 18 Masehi hubungan atau jaringan kuat antara ulama-ulama Timur Tengah
dan Melayu-Indonesia. KItab-kitab Fikh yang tersebar sejak masa lampau di Indonesia
telah banyak dibicarakan dan dapat kami catatan pada umumnya di Kesulatanan-
Kesultanan di Indonesia menerapkan Syari’ah terutama di bidang Ubudiyah, Muamalah
dan Hudud, tetapi dalam bidang Jinayah tidak kecuali satu masa di Kesultanan Aceh
Darussalam semasa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 tetapi kemudian
dihapus mada masa Iskandar Thani (baca Denys Lombard: Kerajaan Aceh Zaman Sultan
Iskanda Muda (1607-1636), KPG-EFEO 2006, hlm. 118-119)

Hubungan perekonomian dan perdagangan antar Kesultanan di Indonesia dan
antar Bangsa dengan negeri-negeri di Asia Tenggara, Di Timur Jauh: Cina, Jepang dan
lainnya dan juga dengan Timur Tengah: Arabia, Persi (Iran), Irak, Turki, Mesir dan
lainnya berjalan terus sekalipun penah dirintangi oleh politk monopoli perdagangan
Portugis dan Belanda. Setelah penjajahan VOC dan kemudian Hindia Belanda praktis
beberapa Kesulatanan perekonomian dan perdagangannya beralih kepada penjajah
kecuali Aceh baru pada awal abad ke-20 awal. Hubungan-hubungan ekonomi
pedagangan dengan negeri-negeri Islam diperkuat juga dengan hubungan persabatan
dalam menghadapi penjajahan.




Dapat pula kita catatat bahwa meskipun penjajahan VOC-Hindia Belanda
merupakan factor keruntuhan bagi Kesultanan-Kesultanan di Indonesia namun
perlawanan dengan cara pemberontakan seperti telah dikatakan di atas berjalan terus.
Untuk merintangi atau menghalangi kegiatan-kegiatan Islam di berbagai bidang
Pemerintah Hindia Belanda misalnya dalam bidang ibadah haj dikeluarkanlah Haji
Ordonansi 1922 yang sebanarnya merugikan umat Islam Indonesia. Demikian pula di
bidang pendidikan muncul Ordonnansi Guru, 1925. Politik penjajahan Belanda untuk
merintangi berbagai upaya bagi umat Islam telah diatur pula oleh Het Kantoor voor
Inlandsche Zaken , tetapi anehnya lebih mengatur kehidupan keagamaan yang dianut
bangsa Indonesia.


4. ISLAM DI INDONESIA PADA MASA KEBNGKITAN ASIAONAL, MASA PENJAJAHAN, MASA KEMERDEKAAN,MASA ORDE BARU DAN REFORMASI.

UMAT muslim di Indonesia merupakan penduduk mayoritas dan terbesar di dunia. Sebagai penduduk mayoritas seharusnya dalam menjalani tatanan kehidupan bermasyarakat harus sesuai dengan cita-cita agamanya, yakni suatu kehidupan yang Islami. Namun fenomena yang terjadi di Indonesia sangat kontras dengan harapan dan keinginan Islam, di zaman yang menuntut pola hidup dan pemikiran yang progesif untuk mengimbangi modernisasi budaya barat yang sedang melanda dunia, umat Islam di Indonesia bukannya semakin memperkuat Ukhuwah Islamiyahnya, tetapi menjadi semakin tertutup dan saling mencurigai terhadap kelompok Islam yang lain.

Indonesia sebagai penganut agama Islam terbesar didunia sepertinya semakin kebingungan dan merasa tidak percaya diri untuk menunjukkan eksistensinya sebagai kelompok mayoritas. Tanpa kita sadari ternyata budaya "kesadaran naïf" yang ditawarkan oleh barat dengan paradigma hedonisme telah membelenggu kehidupan kita. Apakah kita lupa bahwa pada masa lalu peranan umat Islam untuk membebaskan Indonesia dari belenggu kolonialisme dan imperialisme barat sangatlah besar, pelopor kebangkitan nasional adalah umat Islam. Salah satu tokohnya ialah H.O.S Cokroaminoto dengan Sarekat Islamnya yang pada tahun 1916 di Bandung pada saat kongres Nasional Central Sarekat Islam tersebut, HOS Cokroaminoto memperkenalkan paradigma nasionalisme untuk membela dan membangun Nusantara.

Selain itu, beliau mendeklarasikan Pemerintahan sendiri untuk bangsa Indonesia dan tidak mengakui nama Hindia Belanda yang diberikan oleh Belanda untuk nusantara. Sebagai bangsa timur, beliau lebih bangga menyebut Indonesia dengan 'Hindia Timur' Mungkin generasi muda selama ini hanya tahu kebangkitan nasional yang selalu di peringati setiap tanggal 20 Mei dipelopori oleh gerakan Boedi
Di era moderenisasi sekarang Islam harus bangkit, sudah saatnya kaum muda Islam Indonesia meluruskan sejarah peranan umat Islam dalam kemerdekaan Indonesia, karena selama bangsa ini dikendalikan oleh pemerintahan rezim orde baru yang berkuasa selama 32 tahun, kelompok Islam dianggap sebagai 'racun' yang dapat menghambat kejayaan rezim tersebut. Oleh karena itu sejarah perjuangan founding father para kemerdekaan dengan simbol-simbol gerakan Islamnya yang menginginkan kebebasan mutlak bangsa ini dari penindasan kaum penjajah dianggap tidak pernah ada. Pemerintahan orde baru berusaha mendoktrin generasi sekarang agar mereka beranggapan bahwa Islam tidak pernah berbuat apa-apa untuk bangsa ini.



5. ISLAM DI MALAYSIA DAN PERKEMBANGANNYA

Malaysia adalah salah satu negara dengan tingkat perekonomian paling maju di kawasan Asia Tenggara. Ibu kotanya, Kuala Lumpur, telah menjelma menjadi kota modern, dengan ikonnya menara kembar Petronas (Twin Tower).
Sebagian kalangan di negara jiran itu menganggap, arsitektur kembar dari salah satu bangunan tertinggi di dunia ini, punya arti khusus. Menara kembar merupakan simbol kerukunan.

Tidak berbeda dengan Indonesia, penduduk Malaysia mayoritas adalah penganut Islam. Jumlahnya mencapai lebih 60 persen dari total populasi yang sekitar 27 juta jiwa. Islam pun menjiwai segenap aspek kehidupan. Sejak merdeka dari Inggris pada 31 Agustus 1956, pemerintah menerapkan kebijakan yang senantiasa berlandaskan pada nilai-nilai agama.

Hal tersebut lantas dituangkan dalam konstitusi negara. Berdasarkan definisi pasal 160 undang-undang, segenap warga etnis Melayu dianggap beragama Islam. Meski begitu, konstitusi secara teoretis juga menjamin kebebasan beragama.

''Tantangan Malaysia pada abad ke-21 yakni bagaimana mewujudkan masyarakat Muslim yang demokratis di tengah kehidupan yang multietnis dan agama,'' urai pengamat senior dari  BBC, Roger Hardy, dalam artikelnya bertajuk  Malaysia: Islam and Multi-Culturalism. Kemajuan negara dan kebangkitan Islam. Itulah tema sentral yang diusung jajaran pimpinan pemerintahan. Dan Roger Hardy memiliki sejumlah catatan penting terkait penerapan dua konsep tadi.
Dimulai pada era tahun 80 dan 90-an. Ketika itu, negara seluas 329.847 kilometer persegi ini dipimpin oleh Perdana Menteri (PM), Dr Mahathir Mohammad. Lebih jauh Hardy menjelaskan, Mahathir menginginkan terwujudnya kemajuan Islam di era modern. Didorong oleh tujuan tersebut, bersama partai berkuasa UMNO, Mahathir mencanangkan program modernisasi berdasarkan dua kebijakan utama. Pertama, Islam memperoleh keistimewaan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Ini mencakup upaya penanaman nilai-nilai dan identitas Islam, membangun institusi keislaman serta membuka hubungan lebih luas dengan dunia Islam. Kedua, meneruskan kebijakan  affirmative action yang telah dimulai pada 70-an, yakni memberikan keistimewaan kepada etnis Melayu yang Muslim untuk menduduki pos-pos penting di pemerintahan maupun dalam bidang pendidikan.




Kedatangan Islam di Malasyia
Tidak adanya document yang lengkap mengenai kedatangan islam ke Malasyia menyebabkan munculnya berbagai teori tentang kapan dan dari mana Islam pertama kali menyebar Negara ini. Azmi misalnya, berpendapat bahwa islam datang pertama kali ke Malasyia sejak abad ke- 7 M. Pendapatnya ini berdasarkan pada sebuah Argument bahwa pada pertengahan abad tersebut, pedagang islam sudah sampai ke gugusan pulau- pulau melayu. Para pedagang Arab Muslim yang singgah di Pelabuhan Dagang Indonesia tentu juga singgah di Pelabuhan- pelabuhan dagang Malasyia. Salah satu tempat diantaranya yang mereka singgahi adalah Kedah, Trengganu, dan Malaka.
Hipotesis lain  dikemukakan oleh Fatimi, bahwa islam datang pertama kali sekitar abad ke-8 H (14 M. Ia berpegang pada penemuan Batu bersurat  di Trenganu yang bertanggal 702H (1303M). batu Bersurat itu ditulis dengan aksara Arab. Pada sebuah sisi memuat pernyataan yang memerintahkan para penguasa dan pemerintah untuk berpegang teguh pada keyakinan Islam dan ajaran Rasulullah.
Selain itu, Majul mengatakan bahwa Islam pertama tiba di Malaysia sekitar abad ke-15 dan ke-16M. Kedua pendapat ini baik Fatimi maupun Majul, juga tidak dapat diterima, karena ada bukti yang lebih kuat yang menunjukkan bahwa Islam telah tiba jauh sebelum itu, yaitu abad ke-3 H (10 M). pendapat terakhir ini didaraskan pada penemuan batu nisan di Tanjung Inggris, Kedah pada tahun 1965. pada batu nisan ini  tertulis nama Syeikh Abd. Al Qodir Ibnu Husein Syah yang meninggal pada tahun 291 H (940 M).
Baik Fatini maupun Majul agaknya tidak mengetahui tentang penemuan batu nisan di tanjung Kedah ini. Dan tulisan tentangnya di majalah Mastika karena tulisan tersebut diterbitkan pada tahun 1965 sedangkan penelitian mereka masing-masing dihasilkan tahun 1963 dan 1964. Dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Malaysia pada abad ke-10 M.
sejarah masuknya islam di Malaysia
Sebagaimana diketahui secara umum, sebelum islam datang ketanah Melayu, orang-orang Melayu adalah penganut Animisme, Hinduisme, dan Budhisme. Namun demikian, sejak kedatangannya, islam secara berangsur-angsur mulai diyakini dan diterima sebagai agama baru oleh masyarakat Melayu Nusantara.
Penduduk Malaysia terdiri dari beragam etnis dan agama. Dari 23 juta jiwa jumlah muslim hanya 58.6 % sisanya terdiri dari 18.4% penganut budha, 6.4% Kristen dan 5.3% hindu. Namun demikian citra dan nuansa islam lebih kentara. Ini dapat dilihat dari perbandingan sejumlah Negara yang berpenduduk muslim dan non-muslim yang hampir seimbang, hanya Malaysia yang memberikan banyak tekanan pada symbol-simbol, lembaga dan pengamalan islam. Hal ini dapat dibuktikan mulai dari deklarasi pemerintah untuk merevisi sistem hukum nasional agar lebih selaras dengan hukum islam, deklarasi pemerintah untuk menyusun kembali model dan sistem ekonomi Malaysia menjadi model islam, selanjutnya diikuti oleh penyediaaan infrastuktur dan instusi-instusi islam seperti Bank Islam, Asuransi Islam, Penggadaian Islam ,Yayasan Ekonomi Islam, pembentukkan kelompok number daya islam, serta kelompok khusus penegakkan islam, dan sebagainya.
Mengapa nuansa Islam lebih kuat di Malaysia dibandingkan dengan Indonesia yang penduduknya 90% bergama islam? Hal ini disebabkan oleh faktor sejarah perkembangan islam yang telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan politik melayu sejak masa kesultanan Malaka.
Berikut ini akan diuraikan secara garis besar tentang faktor-faktor dalam fase sejarah Malaysia mulai mulai dari kedatangan islam hingga perkembangan islam masa kontemporer yang turut menyumbang bagi kuatnya kesadaran islam di Malaysia.
Islam Sebagai Identitas Melayu
Islam bagi orang Melayu bukan hanya sebatas keyakinan tetapi juga telah menjadi identitas mereka dan menjadi dasar kebudayaan melayu. Pakaian tradisional melayu misalnya telah disesuaikan dengan apa yang dianjurkan oleh Islam.
Disepanjang sejarah asosiasi yang sangat erat antara islam dengan kebudayaan dan identitas melayu ini merupakan sesuatu yang diterima secara umum. “ Sejak membuang kepercayaan Animisme dan memeluk islam selam kerajaan Melaka ( abad ke- 15 ), Bangsa melayu tidak pernah berubah agama. Islam telah menjadi bagian yang menyatu dengan identitas nasional, sejarah, hukum, entitas politik dan kebudayaan melayu. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila islam dianggap sebagi komponen utama budaya melayu, dan sebagai unsur utama identitas melayu.
Dalam bidang politik pemerintahan, juga terdapat konsepsi dan pemikiran politik yang dipengaruhi oleh ajaran islam. Sehingga tradisi politik melayu yang berbasis hindu budha sebelum kedatangan islam telah digantikan dengan ide-ide yang diilhami oleh al-quran dan sumber-sumber islam lainnya.
Namun akibat kolonialisasi inggris, identitas keislaman Melayu itu mengalami degradasi,  karena tidak jarang pihak kolonial membuat berbagai kebijakan yang melemahkan fungsi dan peran islam dalam Melayu. Penjajah tanah Melayu, oleh Inggris telah menyebabkan melemahnya nilai-nilai Islam yang telah meresap dalam tatanan tradisonal Melayu. Penjajahan itu tidajk terbatas hanya pada aspek ekonomi dan politik saja tapi termasuk juga penjajahan pikiran dan kebudayaaan.



6. ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM DAN PERKEMBANGANNYA
Brunei Darussalam adalah sebuah negara kecil yang sangat makmur di bagian utara Pulau Borneo/Kalimantan dan berbatasan dengan Malaysia. Brunei terdiri dari dua bagian yang yang dipisahkan di daratan oleh Malaysia. Nama Borneo berdasarkan nama negara ini, sebab pada zaman dahulu kala, negeri ini sangat berkuasa di pulau ini
Secara geografis, Brunei adalah suatu negara di pantai Kalimantan bagian utara, berbatasan dengan laut Cina Selatan, di sebelah utara dan dengan Serawak di sebalah selatan barat dan timur. Luas: 5,765 km2, penduduk 267.000 jiwa (1989), kepadatan penduduk 46/km2, agama: Islam( 63,4 %), Budha (14 %), Kristen (9,7 %), lain-lain (12,9 %). Bahasa Melayu, Ibu kota: Bandar Seri Begawan, satuan mata uang : Dolar Brunei (BI$)
Sebagian besar wilayah Brunei terdiri dari daratan. Dengan pantai berupa rawa-rawa dengan hutan bakau, tetapi makin jauh kepedalaman tanah makin bukit-bukit dengan ketinggian kurang dari 100 M. Diperbatasan dengan Serawak terdapat daerah berbukit dengan ketinggian diatas 300M. Penduduk Brunei hanya berjumlah 370 ribu orang dengan pendapatan berkapita sekitar 23,600 dollar Amerika atau sekitar 225 juta rupiah, Penduduknya 67% beragama Islam, Budha 13%, Kristen 10% dan kepercayaan lainnya sekitar 10%. Islam adalah agama resmi kerajaan Brunei Darusalam yang dipimpin oleh Haji Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah (1967-kini).
Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Brunei Darussalam
Catatan tradisi lisan diperoleh dari Syair Awang Semaun yang menyebutkan Brunei berasal dari perkataan baru nah yaitu setelah rombongan klan atau suku Sakai yang dipimpin Pateh Berbai pergi ke Sungai Brunei mencari tempat untuk mendirikan negeri baru. Setelah mendapatkan kawasan tersebut yang memiliki kedudukan sangat strategis yaitu diapit oleh bukit, air, mudah untuk dikenali serta untuk transportasi dan kaya ikan sebagai sumber pangan yang banyak di sungai, maka mereka pun mengucapkan perkataan baru nah yang berarti tempat itu sangat baik, berkenan dan sesuai di hati mereka untuk mendirikan negeri seperti yang mereka inginkan.
Kemudian perkataan baru nah itu lama kelamaan berubah menjadi Brunei
Diperkirakan Islam di Brunei datang pada tahun 977 melalui jalur Timur Asteng oleh pedagang-pedagang dari negeri Cina. Catatan bersejarah yang membuktikan penyebaran Islam di Brunei adalah Batu Tarsilah. Catatan pada batu ini menggunakan bahasa Melayu dan huruf Arab. Dengan penemuan itu, membuktikan adanya pedagang Arab yang datang ke Brunei dan sekitar Borneo untuk menyebarkan dakwah Islam.
Silsilah kerajaan Brunei terdapat pada Batu Tarsilah yang menuliskan Silsilah Raja-Raja Brunei yang dimulai dari Awang Alak Betatar, raja yang pertama kali memeluk agama Islam (1368) sampai kepada Sultan Muhammad Tajuddin (Sultan Brunei ke-19, memerintah antara 1795-1804 dan 1804-1807).
Replika stupa yang dapat ditemukan di Pusat Sejarah Brunei menjelaskan bahwa agama Hindu-Buddha dahulu pernah dianut oleh penduduk Brunei. Sebab telah menjadi kebiasaan dari para musafir agama tersebut, apabila mereka sampai di suatu tempat, mereka akan mendirikan stupa sebagai tanda serta pemberitahuan mengenai kedatangan mereka untuk mengembangkan agama tersebut di tempat itu. Replika batu nisan P’u Kung Chih Mu, batu nisan Rokayah binti Sultan Abdul Majid ibni Hasan ibni Muhammad Shah Al-Sultan, dan batu nisan Sayid Alwi Ba-Faqih (Mufaqih) pula menggambarkan mengenai kedatangan agama Islam di Brunei yang dibawa oleh musafir, pedagang dan mubaligh-mubaliqh Islam, sehingga agama Islam itu berpengaruh dan mendapat tempat baik penduduk lokal maupun keluarga kerajaan Islam menjadi agama resmi negara semenjak Raja Awang Alak Betatar masuk Islam (1406-1402).
Awang Alak Betatar ialah Raja Brunei yang pertama memeluk Islam dengan gelar Paduka Seri Sultan Muhammad Shah. Dia terkenal sebagai pengasas kerajaan Islam di Brunei dan Borneo. Pedagang dari China yang pernah ke Brunei merakamkan beliau sebagai Ma-Ha-Mo-Sha. Beliau meninggal dunia pada 1402.
Awang Alak menganut Islam dari Syarif Ali. Dikatakan, Syarif Ali adalah keturunan Ahlul Bait yang bersambung dengan keluarga Rasulullah melalui cucu Baginda,Saidina Hassan. Pendekatan dakwah yang dilakukan Syarif Ali tidak sekadar menarik hati Awang Alak, dakwahnya menambat hati rakyat Brunei. Dengan kebaikan dan sumbangan besarnya dalam dakwah Islam di Brunei, beliau dinikahkan dengan puteri Sultan Muhammad Shah. Setelah itu, beliau dilantik menjadi Sultan Brunei atas persetujuan pembesar dan rakyat setempat.
Sebagai pemimpin dan ulama, Syarif Ali gigih mendaulatkan agama Islam, diantaranya membina masjid dan melaksanakan hukum Islam dalam pentadbiran negara. Kegiatan membina masjid ini dijadikan pusat kegiatan keagamaan dan penyebaran Islam. Setelah tujuh tahun memerintah Brunei, pada 1432, Syarif Ali meninggal dunia dan dimakamkan di Makam Diraja Brunei.
Perkembangan Islam semakin maju setelah pusat penyebaran dan kebudayaan Islam Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511), sehingga banyak ahli agama Islam pindah ke Brunei. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tersebut telah menyebabkan Sultan Brunei mengambil alih kepimpinan Islam dari Malaka, sehingga Kesultanan Brunei mencapai zaman kegemilangannya dari abad ke-15 hingga abad ke-17 sewaktu memperluas kekuaaannya ke seluruh pulau Borneo dan ke Filipina di sebelah utaranya.
Kemajuan dan perkembangan Islam semakin nyata pada masa pemerintahan Sultan ke-5, yaitu Sultan Bolkiah (1485 – 1524), yang wilayahnya meliputi Suluk, Selandung, seluruh pulau Kalimantan (Borneo), kepulauan Sulu, Kepulauan Balabac, Pulau Banggi, Pulau Balambangan, Matani dan Utara Pulau Pahlawan sampai ke Manila. Pada masa sultan ke-9, yaitu Sultan Hassan (1605-1619), dilakukan beberapa hal yang menyangkut tata pemerintahan, pertama, menyusun Institusi-institusi pemerintahan agama, karena agama memainkan peranan penting dalam memandu negara Brunei kearah kesejahteraan, kedua, menyusun adat istiadat yang dipakai dalam semua upacara, baik suka maupun duka.
Di samping menciptakan atribut kebesaran raja dan perhiasan raja. Ketiga, memuatkan UU Islam yaitu Hukum Qanun yang mengandung 46 pasal dan 6 bagian. Aturan adat istiadat kerajaan dan istana tersebut masih kekal hingga sekarang.
Pada tahun 1658 Sultan Brunei menghadiahkan kawasan timur laut Kalimantan kepada Sultan Sulu di Filipina Selatan sebagai penghargaan terhadap Sultan Sulu dalam menyelesaikan perang saudara di antara Sultan Abdul Mubin dengan Pengeran Mohidin. Persengketaan dalam kerajaan Brunei merupakan satu faktor yang menyebabkan kejatuhan kerajaan tersebut, yang bersumber dari pergolakan dalam disebabkan perebutan kuasa antara ahli waris kerajaan, juga disebabkan timbulnya pengaruh kuasa penjajah Eropa yang menggugat corak perdagangan tradisi, serta memusnahkan asas ekonomi Brunei dan kesultanan Asia Tenggara yang lain
Brunei merdeka sebagai negara Islam di bawah pimpinan sultan ke-29, yaitu Sultan Hassanal Bolkiah Mu’izzadin Waddaulah. Panggilan resmi kenegaraan saultan adalah “ke bawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda dan yang dipersatukan negeri. Gelar “Muizaddin Waddaulah” (pinata agama dan negara) menunjukkan ciri keislaman yang selalu melekat pada setiap raja yang memerintah.
Sebelum abad 16, Brunei memainkan peranan penting dalam penyebaran Islam di Wilayah Kalimantan dan Filipina. Sesudah merdeka, di tahun 1984 Brunei kembali menunjukkan usaha serius bagi memulihkan nafas ke-islaman dalam suasana politik yang baru. Di antara langkah-langkah yang diambil ialah mendirikan lembaga-lembaga modern yang selaras dengan tuntutan Islam. Disamping menerapkan hukum syariah dalam perundangan negara, didirikan Pusat Kajian Islam serta lembaga keuangan Islam.

7.ISLAM DI THAILAND DAN PEKEMBAGANNYA

Islam masuk ke Thailand sejak pertengahan abad ke-19. Proses masuknya islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakuisi kerajaan Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh penduduk muslim Thai sebagai Pattani Darussalam). Pattani berasal dari  kata Al Fattani yang berarti kebijaksanaan atau cerdik karena di tempat itulah banyak lahir ulama dan cendekiawan muslim terkenal. Berbagai golongan masyarakat dari tanah Jawa banyak pula  yang menjadi pengajar Al Qur’an dan kitab-kitab islam berbahasa Arab Jawi. Beberapa kitab Arab Jawi sampai saat ini masih diajarkan di beberapa sekolah muslim dan pesantren di Thailand Selatan.

Perkembangan  islam di Thailand semakin  pesat saat beberapa pekerja muslim dari Malaysia dan Indonesia masuk ke Thailand pada akhir abad ke-19. Saat itu mereka membantu kerajaan Thailand membangun  beberapa kanal dan system perairan di Krung Theyp Mahanakhon (sekarang dikenal sebagai Propinsi Bangkok). Beberapa keluarga muslim bahkan mampu menggalang  dana dan mendirikan masjid sebagai saran  ibadah
Sejarah Masuknya Islam Di Thailand
Ada beberapa teori tentang masuknya Islam di Thailand. Diantaranya ada yang mengatakan Islam masuk ke Thailand pada abad ke-10 melalui para pedagang dari Arab.[2] Dan ada pula yang mengatakan Islam masuk ke Thailand melalui Kerajaan Samudra Pasai di Aceh.[3]
Jika kita melihat peta Thailand, kita akan mendapatkan daerah-daerah yang berpenduduk muslim berada persis di sebelah Negara-negara melayu, khususnya Malaysia. Hal ini sangat berkaitan erat dengan sejarah masuknya Islam di Thailand, “jika dikatakan masuk”. Karena kenyataanya dalam sejarah, Islam bukan masuk Thailand, tapi lebih dulu ada sebelum Kerajaan Thailand “ Thai Kingdom” berdiri pada abad ke-9.[4]
Menurut pemakalah, Islam berada di daerah yang sekarang menjadi bagian Thailand Selatan sejak awal mula penyebaran Islam dari jazirah Arab. Hal ini bisa kita lihat dari fakta sejarah, seperti lukisan kuno yang menggambarkan bangsa Arab di Ayuthaya, sebuah daerah di Thailand. Dan juga keberhasilan bangsa Arab dalam mendirikan Daulah Islamiyah Pattani menjadi bukti bahwa Islam sudah ada lebih dulu sebelum Kerajaan Thai.
Dan lebih dari itu, penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara merupakan suatu kesatuan dakwah Islam dari Arab, masa khilafah Umar Bin Khatab” (teori arab).[5] Entah daerah mana yang lebih dahulu didatangi oleh utusan dakwah dari Arab. Akan tetapi secara historis, Islam sudah menyebar di beberapa kawasan Asia Tenggara sejak lama, di Malakka, Aceh (Nusantara), serta Malayan Peninsula termasuk daerah melayu yang berada di daerah Siam (Thailand).[6]
Agama – agama Di Thailand
Ada banyak hal menarik dari diskusi mengenai agama-agama di Thailand. Setelah membaca beberapa artikel di laman-laman di Internet, pemakalah akan mencoba menggambarkan pada pembaca tentang keberagaman agama dan sikap masyarakat Thailand tentang keberadaan tersebut.
Seperti yang kita ketahui, Budha adalah agama terbesar di Thailand, karena resmi menjadi agama kerajaan. Kehidupan Bhuda telah mewarnai hampir seluruh sisi kehidupan di Thailand, dalam pemerintahan (kerajaan), sistem dan kurikulum pendidikan, hukum, dan lain sebagainya. Namun, Selain agama Bhuda, di Thailand juga terdapat agama-agama lain. Di antaranya yang pemakalah ketahui adalah Islam, Kristen, Confucius, Hindu, dan Sikh.


8.ISLAM DI SINGAPURA DA PERKEMBNGANNYA

Singapura (ejaan Inggris: [ˈsɪŋəpɔr]), nama resminya Republik Singapura, adalah sebuah negara pulau di lepas ujung selatan Semenanjung Malaya, 137 kilometer (85 mil) di utara khatulistiwa di Asia Tenggara. Negara ini terpisah dari Malaysia oleh Selat Johor di utara, dan dari Kepulauan Riau, Indonesia oleh Selat Singapura di selatan. Singapura adalah pusat keuangan terdepan keempat di dunia[15] dan sebuah kota dunia kosmopolitan yang memainkan peran penting dalam perdagangan dan keuangan internasional. Pelabuhan Singapura adalah satu dari lima pelabuhan tersibuk di dunia.[16]
Singapura memiliki sejarah imigrasi yang panjang. Penduduknya yang beragam berjumlah 5 juta jiwa, terdiri dari Cina, Melayu, India, berbagai keturunan Asia, dan Kaukasoid.[17] 42% penduduk Singapura adalah orang asing yang bekerja dan menuntut ilmu di sana. Pekerja asing membentuk 50% dari sektor jasa.[18][19] Negara ini adalah yang terpadat kedua di dunia setelah Monako.[20] A.T. Kearney menyebut Singapura sebagai negara paling terglobalisasi di dunia dalam Indeks Globalisasi tahun 2006.[21]
Sebelum merdeka tahun 1965, Singapura adalah pelabuhan dagang yang beragam dengan PDB per kapita $511, tertinggi ketiga di Asia Timur pada saat itu.[22] Setelah merdeka, investasi asing langsung dan usaha pemerintah untuk industrialisasi berdasarkan rencana bekas Deputi Perdana Menteri Dr. Goh Keng Swee membentuk ekonomi Singapura saat ini.[23]
Economist Intelligence Unit dalam "Indeks Kualitas Hidup" menempatkan Singapura pada peringkat satu kualitas hidup terbaik di Asia dan kesebelas di dunia.[24] Singapura memiliki cadangan devisa terbesar kesembilan di dunia.[25][26] Negara ini juga memiliki angkatan bersenjata yang maju.[27][28]
Setelah PDB-nya berkurang -6.8% pada kuartal ke-4 tahun 2009,[29] Singapura mendapatkan gelar pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, dengan pertumbuhan PDB 17.9% pada pertengahan pertama 2010.[30]
Populasi Muslim meningkat selama Inggris pemerintahan Birma karena gelombang baru dari India Muslim Imigrasi . [34] ini menurun tajam dalam tahun-tahun berikutnya 1941 sebagai akibat dari Burman Imigrasi perjanjian-Indo, [35] dan secara resmi dihentikan berikut (Myanmar) kemerdekaan Burma pada tanggal 4 Januari 1948.
Muslim tiba di Burma sebagai pelancong, petualang, pionir, pelaut, pedagang, [36] Militer Pribadi (sukarela dan tentara bayaran), [37] dan sejumlah dari mereka sebagai tawanan perang. [38] Ada yang dilaporkan berlindung dari perang, Monsun badai dan cuaca, kapal karam [39] dan untuk beberapa situasi lain. Beberapa korban perbudakan [40] tapi banyak dari mereka yang profesional dan tenaga terampil seperti sebagai penasihat bagi raja-raja dan pada berbagai tingkatan administrasi sedangkan yang lain adalah pelabuhan-pihak yang berwenang dan walikota dan laki-laki obat tradisional.
Singapura adalah sebuah republik parlementer dengan sistem pemerintahan parlementer unikameral] Westminster yang mewakili berbagai konstituensi. Konstitusi Singapura menetapkan demokrasi perwakilan sebagai sistem politik negara ini.[41] Partai Aksi Rakyat (PAP) mendominasi proses politik dan telah memenangkan kekuasaan atas Parlemen di setiap pemilihan sejak menjadi pemerintahan sendiri tahun 1959.[42] Freedom House menyebut Singapura sebagai "sebagian bebas" dalam "laporan Freedom in the World" dan The Economist menempatkan Singapura pada tingkat "rezim hibrida", ketiga dari empat peringkat dalam "Indeks Demokrasi".
Tampuk kekuasaan eksekutif dipegang oleh kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri. Presiden Singapura, secara historis merupakan jabatan seremonial, diberikan hak veto tahun 1991 untuk beberapa keputusan kunci seperti pemakaian cadangan nasional dan penunjukan jabatan yudisial. Meski jabatan ini dipilih melalui pemilu rakyat, hanya pemilu 1993 yang pernah diselenggarakan sampai saat ini. Cabang legislatif pemerintah dipegang oleh parlemen.[43]
Anggota parlemen (MP) terdiri dari anggota terpilih, non-konstituensi dan dicalonkan. Mayoritas MP terpilih melalui pemilihan umum dengan sistem pertama-melewati-pos dan mewakili Anggota Tunggal atau Konsituensi Perwakilan Kelompok (GRC).[45]
Singapura beberapa kali masuk sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi terendah di dunia oleh Transparency International.[46][47]
Meski hukum di Singapura diwariskan dari hukum Inggris dan India Britania, dan meliputi banyak elemen hukum umum Inggris, dalam beberapa kasus hukum ini keluar dari warisan tersebut sejak kemerdekaan. Contohnya adalah pengadilan oleh juri dihapuskan.
Singapura memiliki hukum dan penalti yang meliputi hukuman korporal yudisial dalam bentuk pencambukan untuk pelanggaran seperti pemerkosaan, kekerasan, kerusuhan, penggunaan obat-obatan terlarang, vandalisme properti, dan sejumlah pelanggaran imigrasi.[48][49] Singapura juga memiliki hukuman mati wajib untuk pembunuhan tingkat pertama, penyelundupan obat-obatan terlarang, dan pelanggaran senjata api.[50] Amnesty International mengatakan bahwa "serangkaian klausa dalam Undang-Undang Penyalahgunaan Obat-Obatan Terlarang dan Undang-Undang Pelanggaran Senjata Api berisi dugaan bersalah yang bertentangan dengan hak dianggap tidak bersalah hingga terbukti bersalah dan mengikis hak pengadilan yang adil", dan memperkirakan bahwa Singapura memiliki "kemungkinan tingkat eksekusi tertinggi di dunia bila dibandingkan dengan jumlah penduduknya".[51] Pemerintah menyatakan bahwa Singapura memiliki hak berdaulat untuk menentukan sistem yudisialnya dan memaksakan sesuatu yang dianggap sebagai hukuman yang pantas.[52] Pemerintah memiliki sengketa dalam beberapa poin laporan Amnesty. Mereka berkata bahwa dalam lima tahun sampai 2004, 101 warga Singapura dan 37 warga asing telah dieksekusi, semuanya kecuali 28 orang disebabkan oleh pelanggaran obat-obatan terlarang.[52] Amnesty menyebutkan 408 eksekusi antara 1991 dan 2003 dari pemerintah dan sumber lain dari jumlah penduduk sebanyak empat juta jiwa.[51]


9. ISLAM DI FHILIPINA DAN PERKEMBANGANNYA
Sejarah masuknya Islam di Filipina tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosio cultural wilayah tersebut sebelum kedatangan Islam. Filipina adalah sebuah Negara kepulauan yang terdiri dari 7107 pulau dengan berbagai suku dan komunitas etnis. Sebelum kedatangan Islam, Filipina adalah sebuah wilayah yang dikuasai oleh kerajaan-kerajaan. Islam dapat masuk dan diterima dengan baik oleh penduduk setempat setidaknya karena ajaran Islam dapat mengakomodasi berbagai tradisi yang telah mendarah daging di hati mereka.
Para ahli sejarah menemukan bukti abad ke-16 dan abad ke-17 dari sumber- sumber Spanyol tentang keyakinan agama penduduk Asia Tenggara termasuk Luzon, yang merupakan bagian dari Negara Filipina saat ini, sebelum kedatangan Islam. Sumber-sumber tersebut memberikan penjelasan bahwa sistem keyakinan agama yang sangat dominan ketika Islam datang pada abad ke-14 sarat dengan berbagai upacara pemujaan untuk orang yang sudah meninggal. Hal ini jelas sekali tidak sejalan dengan ajaran Islam yang menentang keras penyembahan berhala dan politeisme. Namun tampaknya Islam dapat memperlihatkan kepada mereka bahwa agama ini memiliki cara tersendiri yang menjamin arwah orang yang meninggal dunia berada dalam keadaan tenang, yang ternyata dapat mereka terima.1
Di sisi lain, tidak dapat diragukan lagi bahwa skala perdagangan Asia Tenggara mulai melesat sangat pesat pada penghujung abad ke-14. Hasil dari perdagangan ini, kota-kota berkembang dengan kecepatan sangat mencengangkan termasuk sepanjang wilayah pesisir kepulauan Filipina. Para pedagang dari berbagai negeri bertemu dan menimbulkan adanya pertukaran baik di bidang ilmu pengetahuan maupun agama.2 Di antara semua agama besar di dunia, Islam barangkali yang paling serasi dengan dunia perdagangan. Al-Qur’an maupun Al- Hadits sebagai sumber tertinggi dalam agama Islam banyak memuji kepada pedagang yang dapat dipercaya.
Hal ini mengakibatkan orang yang cenderung bergerak dalam dunia perniagaan pasti terpikat dengan ajaran Islam. Dari sini, Islam terus memperluas pengaruhnya secara cultural yaitu dengan melalui perkawinan antar etnis hingga akhirnya melalui system politik. Jalur yang terakhir ini (politik) terjadi ketika Islam telah dipeluk oleh para penguasa khususnya para raja.
Menurut para ahli sejarah, pada penghujung akhir abad ke-14 seorang raja terkenal dari Manguindanao memeluk Islam. Dari sinilah awal peradaban Islam di wilayah ini mulai dirintis. Raja Manguindanao kemudian menjadi seorang Datuk yang berkuasa di propinsi Davao di bagian tenggara pulau Mindanao. Setelah itu, Islam disebarkan ke pulau Lanao dan bagian utara Zamboanga serta daerah pantai lainnya. Sepanjang garis pantai kepulauan Filipina semuanya berada dibawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam yang bergelar Datuk atau Raja.
Proses islamisasi di Filipina pada masa awal adalah melalui tiga hal, yaitu perdagangan, perkawinan dan politik. Diterimanya Islam oleh orang-orang Mindanao, Sulu, Manilad dan sepanjang pesisir pantai kepulauan Filipina tidak terlepas dari ajaran Islam yang dibawa oleh para pedagang tersebut dapat mengakomodasi tradisi lokal.
Umat Islam Filipina yang kemudian dikenal dengan bangsa Moro, pada akhirnya menghadapi berbagai hambatan baik pada masa kolonial maupun pasca kemerdekaan. Bila direntang ke belakang, perjuangan bangsa Moro dapat dibagi menjadi tiga fase:Pertama, Moro berjuang melawan penguasa Spanyol selama lebih dari 375 tahun (1521-1898).Kedua, Moro berusaha bebas dari kolonialisme Amerika selama 47 tahun (1898-1946).Ketiga, Moro melawan pemerintah Filipina (1970-sekarang).

10. ISLAM DI TIMOR-TIMOR DAN PERKEMBANGANNYA

Masuknya islam di timor-timor,dapat kita simpulkan dalam beberapa teori:

  • Teori petama;islam masuk ke timor-timor bersamaan dengan masuknya islam di nusantara

  • Teori kedua:penduduk asli timor-timor mengatakan bahawa islam masuk lebih awal  dibandinkan dengan bangsa eropa dan agama lainnya

  • Teori ketiga:saat islam masuk ketimor-timor yang bertepatan dengan masuknya Silam di kepulauan Nusantara yang di bawa oleh para pedagang Hadramaut. Namun para pedagang dari Hadramaut saat itu belum menetap, mereka mualai menetap di Dili sejak Awal Abad ke-17 M.

  • Teori Keempat, sebagian orang mengatakan bahwa Islam masuk di Timor Dili bersamaan dengan datangnya para pedagang Eropa, seperti Portugal, Spanyaol, Belanda. Ketika melakukan Pelayaran di Kepulauan Nusantara dan Asia Pasifik, para pedagang Arab senantiasa berhubungan dengan pedagang-pedagang Eropa. Mereka berlayar ke Tmor melaui Pulau Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Iria Barat dan serta Kepulauan Maluku.
Pada dasarnya uamt islam di daerah Dili adalah bagian dari beberapa Tokoh Sejarah yang berkembang persebaran islam di daearah tersebut. Menurut informasi-informasi masyarakat setempat dan juga kalangan keturunan Arab Hadramaut, sebelum bangsa Portugis, Belanda, Japang , Australia, Cina. Dan bangsa-bangsa asing lainnya , dan para pedagang Arab sudah dating di daerah Dili membawa perdagangan dari Hadramaut, Yaman Selatan.
Menurut H Abdullah Basyarewan sebagai Ketua MUI Timor-Timur
menegaskan bahwa ketika kapal pertama Portugis tiba Di Timor-Timur pada tahun 1512. mereka di sambut oleh masyarakat Dili yang ketika itu di pimpin oleh Abduollah afif (adalah salah satu seorang pedagang Arab). Namun masyarakat Dili generasi sekarang tidak mengetahui kapan para pedagang Arab dating ke Dili yang Pasti Para Pedagang Arab dating lebih dahulu di bandingkan dengan bangsa Eropa.6
Bukti Sejarah Lain mengatakan bahwa islam masuk ke Timor-Timur bagian Timur sejak abad ke-14 M bersamaan dengan masuknya Islam Nusantara melalui pedagang Arab yang dating ke Timor-Timur yang berlayar melalui Selat Malaka, Aceh, dan Pulau Jawa yang diteruskan kepulauan Maluku, Irian Barat, dan Nusa Tengagara Timur, dan daerah Dili sebelum tahun 1512. warga Arab yang kemudian dating ke Timor-timur adalah Habib Umar Muhdlar pada tahun 1678 hingga kemudiaa wafat di Dili dan di kebumikan di Lereng Bukit Taibesi.
Kedatangan bangsa Arab tidak secara langsung terang-terangan membawa misi penyebaran Islam.Rakyat Timor-Timur dikenalkan tentang islam melalui dunia perdagangan, ini dikerenakan saat itu rakyat Timor-Timur belum menerima agama manapun dan kebudayaan luar, ketika itu rakyat Timor-Timur masih memegang kuat adapt istiadat dan kebudayaan nenek moyang mereka yang menyembah kekuatan ghaib(Animisme) melalui benda-benda yang di anggap keramat atau dalam istilah mereka adalahLu lik.Lulik-Lulik di puja dan dihormati

11.ISLAM DI KAMBOJA DAN PERKEMBANGANNYA
Negara kamboja terletak di bagian Timur Asia, berbatasan dengan Thailand dari arah utara dan barat, Laos dari arah utara dan Vietnam dari arah timur dan selatan. Luas negara ini 181.055 Km2 dengan jumlah penduduk 11.437.656 jiwa (sensus 1998), 6% beragama Islam dan mayoritas beragama Budha serta minoritas beragama Katholik.
Beberapa ahli sejarah beranggapan bahwa Islam sampai di Kamboja pada abad ke-11 Masehi. Ketika itu kaum muslimin berperan penting dalam pemerintahan kerajaan Campa, sebelum keruntuhannya pada tahun 1470 M, setelah itu kaum muslimin memisahkandiri..

Sepanjang sejarah Kamboja baru-baru ini, kaum muslim tetap teguh menjaga pola hidup mereka yang khas, karena secara agama dan peradaban mereka berbeda dengan orang-orang Khmer yang beragama Budha. Mereka memiliki adat istiadat, bahasa, makanan dan identitas sendiri, karena pada dasarnya, mereka adalah penduduk asli kerajaan Campa yang terletak di Vietnam yang setelah kehancurannya, mereka hijrah ke negara-negara tetangga di antaranya Kamboja, ini terjadi sekita abad ke-15 Masehi.
Pada permulaan tahun 70-an abad ke-20, jumlah kaum muslimin di Kamboja sekitar 700 ribu jiwa. Mereka memiliki 122 mesjid, 200 mushalla, 300 madrasah islamiyyah dan satu markaz penghafalan al-Qur’an al-Karim. Namun karena berkali-kali terjadi peperangan dan kekacauan perpolitikan di Kamboja dalam decade 70-an dan 80-an lalu, mayoritas kaum muslimin hijrah ke negara-negara tetangga dan bagi mereka yang masih bertahan di sana menerima berbagai penganiayaan; pembunuhan, penyiksaan, pengusiran dan penghancuran mesjid-mesjid dan sekolahan, terutama pada masa pemerintahan Khmer Merah, mereka dilarang mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan, hal ini dapat dimaklumi, karena Khmer Merah berfaham komunis garis keras, mereka membenci semua agama dan menyiksa siapa saja yang mengadakan kegiatan keagamaan, muslim, budha ataupun lainnya. Selama kepemerintahan mereka telah terbunuh lebih dari 2 juta penduduk Kamboja, di antaranya 500.000 kaum muslimin, di samping pembakaran beberapa mesjid, madrasah dan mushaf serta pelarangan menggunakan bahasa Campa, bahasa kaum muslimin di Kamboja.
Baru setelah runtuhnya kepemerintahan Khmer Merah ke tangan pememrintahan baru yang ditopang dari Vietnam, secara umum keadaan penduduk Kamboja mulai membaik dan kaum muslimin yang saat ini mencapai kurang lebih 45.000 jiwa dapat melakukan kegiatan keagamaan mereka dengan bebas, mereka telah memiliki 268 mesjid, 200 mushalla, 300 madrasah islamiyyah dan satu markaz penghafalan al-Qur’an al-Karim. Di samping mulai bermunculan organisasi-organisasi keislaman, seperti Ikatan Kaum Muslimin Kamboja, Ikatan Pemuda Islam Kamboja, Yayasan Pengembangan Kaum Muslimin Kamboja dan Lembaga Islam Kamboja untuk Pengembangan. Di antara mereka juga ada yang menduduki jabatan-jabatan penting dipemerintahan, seperti wakil perdana menteri, menteri Pendidikan, wakil menteri Transportasi, dua orang wakil menteri agama dan dua orang anggota majlis ulama.
Sekalipun kaum muslimin dapat menjalankan kegiatan kehidupan mereka seperti biasanya dan mulai mendirikan beberapa madrasah, mesjid dan yayasan, namun program-program mereka ini mengalami kendala finansial yang cukup besar, melihat mereka sangat melarat. Ini dapat dilihat bahwa gaji para tenaga pengajar tidak mencukkupi kebutuhan keluarga mereka. Disamping itu sebagian kurikulum pendidikan di beberapa sekolah agama sangat kurang dan tidak baku.
Saat ini kaum muslimin Kamboja berpusat di kawasan Free Campia bagian utara sekitar 40 % dari penduduknya, Free Ciyang sekitar 20 % dari penduduknya, Kambut sekitar 15 % dari penduduknya dan di Ibu Kota Pnom Penh hidup sekitar 30.000 muslim. Namun sayang, kaum muslimin Kamboja belum memiliki media informasi sebagai ungkapan dari identitas mereka, hal ini dikarenakan kondisi perekomomian mereka yang sulit.
Kaum muslimin Kamboja khususnya dan beberapa kawasan Islam di bagian timur Asia pada umumnya membutuhkan kucuran bantuan dari saudara-saudara mereka, khususnya yayasan-yayasan sosial dan lembaga-lembaga kemanusiaan, mereka sangat membutuhkan program-program yang dapat meninggikan taraf kehidupan mereka, karena selama ini sebagian besar dari mereka bergantung dari pertanian dan mencari ikan, dua pekerjaan yang akhir-akhir ini sangat berbahaya, karena sering terjadi banjir dan angin topan yang menyebabkan kerugian besar bagi kaum muslimin dan membawa mereka sampai ke bawah garis kemiskinan.
Kaum muslimin Kamboja juga membutuhkan pembangunan beberapa sekolah dan pembuatan kurikulum Islam yang baku, karena selama ini sekolah-sekolah yang berdiri saat ini berjalan berdasarkan ijtihad masing-masing, setiap sekolah ditangani oleh seorang guru yang membuat kurikulum sendiri yang umumnya masih lemah dan kurang, bahkan ada beberapa sekolah diliburkan lantaran guru-gurunya berpaling mencari pekerjaan lain yang dapat menolong kehidupan mereka. Mereka juga sangat membutuhkan adanya terjemah al-Qur’an al-Karim dan buku-buku Islami, khususnya yang berkaitan dengan akidah dan hukum-hukum Islam.

12. ISLAM DI VIETNAM DAN PERKEMBANGANNYA
Vietnam merupakan negara yang berbentuk Republik Sosialis dan salah satu negara Asia Tenggara yang terletak di antara Kamboja dan Republik Laos di bagian barat dan China di bagian utara.
Vietnam merupakan negeri animisme yang memiliki banyak sejarah yang berdiri sejak 4 ribu tahun lalu, terdiri dari lebih 50 suku, dan setiap suku memiliki dan berbicara dengan bahasa sendiri-sendiri, sementara bahasa Vietnam merupakan bahasa resmi mereka.

Jumlah penduduk Vietnam mencapai 85 Juta jiwa, dengan Ibu kota negaranya Hanoy, dan kota terbesarnya adalah Ho Chi Minh City atau Saigon (nama lama). Luas negara Vietnam 329,560 km2, dan terbagi pada 59 wilayah daerah dan 5 kota besar. Sejumlah provinsi diklasifikasi dalam delapan wilayah yaitu Northwest, Northeast, Red River Delta, North Central Coast, South Central Coast, Sentral Highland, Southeast, dan Mekong River Delta.
Masuknya Islam ke Vietnam
Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang penentuan tahun masuknya Islam ke Vietnam, namun mereka sepakat bahwa Islam telah sampai ke negara ini pada adab ke 10 dan 11 Masehi melalui jamaah dari India, Persia dan pedagang Arab, dan menyebar antara jamaah Cham sejak adanya perkembangan kerajaan mereka di daerah tengah Vietnam hari saat ini, dan dikenal dengan nama kerajaan Cham. Islam telah sampai ke negara ini pada adab ke 10 dan 11 Masehi melalui jamaah dari India, Persia dan pedagang Arab.



Jumlah umat Islam dan daerah penyebarannya:
Menurut data statistik dari situs departemen luar negeri Vietnam jumlah umat Islam di Vietnam mencapai 70.700 ribu jiwa. Terdapat 100 masjid di beberapa bagian negeri, dan umat Islam tersebar pada daerah yang beragam, di antaranya: Binh Thuan, Ninh Thuan, An Giang, Tay Ninh, Dong Nai, dan Ho Chi Minh City, kelompok kecil di ibu kota Ha Noi.

Mazhab Yang Diikuti.
Terdapat dua mazhab besar umat Islam di Vietnam: mazhab Sunni dan mazhab Bani. Adapun mazhab Sunni tersebar diseluruh penjuru negara kecuali dua tempat antara Tuan Han dan Ninh Thuan, dan mayoritas mereka menganut mazhab Syafi’i. Adapun mazhab Bani berada di daerah Ninh Thuan dan Binh Thuan, dan mazhab ini tidak banyak dikenal oleh umat Islam di dunia; karena memiliki ciri khusus domistik dan memiliki pengaruh kuat warisan dari India yang banyak bertentangan dengan ajaran Islam yang benar,
Kelompok-kelompok klasik umat Islam.
Umat Islam Vietnam banyak yang loyal pada suku-suku beragam, dan melalui tulisan dapat kita bagi pada 3 kelompok:
  1. Kelompok pertama: Muslim Tcham, yang merupakan kelompok mayoritas.
  2. Kelompok kedua: umat yang berasal dari suku-suku yang beragam, mereka adalah pedagang muslim yang datang dari negeri-negeri yang beragam kemudian menikah dari anak-anak negeri tersebut, seperti Arab, India, Indonesia, Malaysia dan Pakistan, dan jumlah mereka merupakan kelompok terbesar dari jumlah umat Islam secara keseluruhan.
  3. Kelompok ketiga: muslim dari warga Vietnam asli, dan mereka adalah warga Vietnam yang masuk setelah berinteraksi dengan para pedagang muslim dan komunikasi secara baik, seperti kampng Tan Buu pada bagian kota Tan An, baik dengan masuknya warga kepada Islam atau mereka masuk Islam melalui pernikahan.
Kondisi umat Islam.
Umat Islam adalah bagian dari penduduk negeri, maka dari itu kondisi mereka sangat berhubungan dengan pertumbuhan negara dan kemajuannya. Dan kondisi negara Vietnam sepanjang tahun terakhir ini mengalami kemajuan yang pesat dan prestasi yang banyak yang belum pernah dialami pada pemerintahan sebelumnya.
Pada tahun 2007, Vietnam resmi menjadi anggota organisasi negara perdagangan internasional, setelah mampu berpartisipasi melakukan perbaikan ekonomi dan meluas jaringannya pada beberapa tahun terakhir. Karena itulah Vietnam menjadi salah satu dari negara yang mampu membangun beberapa komponen perbaikan ekonomi dan membuka negara di hadapan investor asing dan perusahaan-perusahaan swasta dengan jumlah milyaran dollar untuk menanamkan investasinya di berbagai lini dan sektor yang beragam.
..jika dibandingkan dengan kondisi umat pada kurun sebelumnya, umat Islam saat ini mengalami perbaikan sehingga sebagian umat Islam mampu keluar dari sangkar kemiskinan dan ketiadaan, bahkan berubah kondisi hidup mereka..
Dan jika dibandingkan dengan kondisi umat pada kurun sebelumnya, umat Islam saat ini mengalami perbaikan sehingga sebagian umat Islam mampu keluar dari sangkar kemiskinan dan ketiadaan, bahkan berubah kondisi hidup mereka. Namun jumlahnya masih terbatas, karena masih banyak dari umat Islam bahkan dalam jumlah yang begitu besar menghadapi berbagai problema kemiskinan dan permasalahan materi khususnya yang tinggal di luar dari Ho Chi Minh City.
pendidikan di Vietnam
Pada bidang pendidikan, para pelajar Islam mampu masuk pada sekolah-sekolah negeri, ma’had-ma’had (kejuruan) dan universitas-universitas baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri. Dan di antara negara yang dijadikan tempat untuk belajar bagi pelajar Vietnam adalah Malaysia, Indonesia, Saudi, Libia dan Mesir. Mereka mempelajari berbagai bidang ilmu dan spesialis. Dan jumlah pelajar Vietnam yang berada di Malaysia berjumlah 50 orang, dan yang belajar di UII Kuala Lumpur berjumlah 30 orang dan sisanya di sekolah-sekolah umum dan ma’had-ma’had lainnya.
Sementara di Saudi terdapat 15 orang, di Libia 5 orang, di Mesir 3 orang. Dan sebagian mereka ada yang telah lulus dan kembali ke negara mereka, kemudian mendapatkan pekerjaan dan masih bisa melakukan pekerjaan di berbagai perusahaan yang beragam. Dan kelompok ini adalah yang berhasil meraih ilmu terapan, adapun yang berhasil mendapatkan ilmu-ilmu syariah seperti kuliah syariah dan kuliah ushuluddin tidak mendapatkan pekerjaan resmi dan tidak ada lembaga atau yayasan yang mau menampung mereka. Karena itu mereka sangat membutuhkan dukungan dari negara-negara Islam atau lembaga-lembaga sosial, seperti mengangkat mereka sebagai duat dan memberikan mereka bantuan materi atau gaji bulanan untuk dapat melakukan aktivitas dan agenda dakwah di tengah masyarakat mereka dan untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.






13. ISLAM DI MYANMAR DAN PERKEMBANGANNYA
Agama Islam pertama kali tiba di Myanmar pada tahun 1055. Para saudagar Arab yang beragama Islam ini mendarat di delta Sungai Ayeyarwady, Semenanjung Tanintharyi, dan Daerah Rakhin. Kedatangan umat Islam ini dicatat oleh orang-orang Eropa, Cina dan Persia.[2][3]Populasi umat Islam yang ada di Myanmar saat ini terdiri dari keturunan Arab, Persia, Turki, Moor, Pakistan dan Melayu. Selain itu, beberapa warga Myanmar juga menganut agama Islam seperti dari etnis Rakhin dan Shan.
Populasi Islam di Myanmar sempat meningkat pada masa penjajahan Britania Raya, dikarenakan banyaknya umat Muslim India yang bermigrasi ke Myanmar. Tapi, populasi umat Islam semakin menurun ketika perjanjian India-Myanmar ditandatangani pada tahun 1941.[4]
Sebagian besar Muslim di Myanmar bekerja sebagai penjelajah, pelaut, saudagar dan tentara.[5]Beberapa diantaranya juga bekerja sebagai penasehat politik Kerajaan Burma. Muslim Persia menemukan Myanmar setelah menjelajahi daerah selatan Cina. Koloni muslim Persia di Myanmar ini tercatat di buku Chronicles of China di 860. Umat muslim asli Myanmar disebut Pathi dan muslim Cina disebut Panthay. Konon, nama Panthay berasal dari kata Parsi. Kemudian, komunitas muslim bertambah di daerah Pegu, Tenasserim, dan Pathein. Tapi komunitas muslim ini mulai berkurang seiring dengan bertambahnya populasi asli Myanmar. Pada abad ke-19, daerah Pathein dikuasai oleh tiga raja muslim India.
Pada zaman Raja Bagan yaitu Narathihpate (1255-1286), pasukan muslim Tatar pimpinan Kublai Khan dan menguasai Nga Saung Chan. Kemudian, pasukan Kublai Khan ini menyerang daerah Kerajaan Bagan. Selama peperangan ini, Kolonel Nasrudin juga menguasai daerah Bamau.
Islam adalah agama minoritas di Burma , [1] yang dilakukan oleh 4% dari populasi , menurut Myanmar statistik resmi . [2] Namun, menurut US State Department 's 2006 kebebasan beragama laporan internasional , [3] statistik resmi meremehkan non-Buddhis populasi yang dapat setinggi 30%
Kaum Muslim pertama tiba di pantai Arakan dan pedalaman ke atas untuk Maungdaw ketika Muhammad al-Hanafiyya, seorang putra Khalifah Ali tiba di Arakan pada tahun 680 Masehi oleh rute laut Teluk Benggala saat ia dan sahabat meninggalkan Kufah dalam lingkungan politik yang kacau. Makam Muhammad al-Hanafiyya (Muhammad Hanifah) dan istrinya Khaya Pari masih ada di puncak bukit dari Maungdaw. [4] Lalu Muslim tiba di Birma Sungai Ayeyarwady delta , di pantai Taninthary dan di Rakhine di abad ke-9, sebelum pembentukan kerajaan Burma yang pertama di 1055 Masehi oleh Raja Anawrahta dari Bagan . [5] [6] [7] [8] [9] [10] Muslim awal ini pemukiman dan propagasi dari Islam yang didokumentasikan oleh Arab , Persia , Eropa dan Cina pelancong dari 9 abad . [5] [11] Burma umat Islam adalah keturunan dari muslim orang yang menetap dan intermarried dengan lokal kelompok etnis Burma . [12] [13] Muslim tiba di Burma sebagai pedagang atau pendatang , [ 14] personil militer , [15] dan tawanan perang , [15] pengungsi , [5] dan sebagai korban dari perbudakan . [16] Namun, umat Muslim awal banyak juga memegang jabatan status sebagai penasihat kerajaan , administrator kerajaan , otoritas pelabuhan , walikota , dan obat tradisional laki-laki. [17]
Persia Muslim tiba di Burma utara di perbatasan dengan wilayah Cina Yunnan seperti yang tercatat dalam Tawarikh dari Cina pada 860 AD. [5] [18] Burma Muslim kadang-kadang disebut Pathi, [19] nama diyakini berasal dari Persia . Banyak pemukiman di wilayah selatan dekat hari ini Thailand yang terkenal karena populasi Muslim, di mana umat Islam sering kalah jumlah para penganut agama Buddha setempat. Dalam satu catatan, Pathein dikatakan diisi dengan Pathis, [19] dan diperintah oleh tiga Muslim India Raja abad ke-13. [20] [21] [22] pedagang Arab juga tiba di Martaban, Margue, dan ada Arab pemukiman di kepulauan ini Teman Meik pertengahan barat tempat tinggal. [23]
Selama masa pemerintahan Raja Bagan, Narathihapate (1255-1286), dalam perang Sino-Burman pertama, Kubilai Khan 's Muslim Tatar menyerang dan menduduki Kerajaan Pagan daerah sampai Nga Saung Chan. Pada 1283, Kolonel Nasruddin Turki menduduki wilayah sampai dengan Bamaw (Kaungsin). [24] Turki orang (Tarek) disebut Mongol, Manchuria , Mahamaden atau Panthays . [25]
Sebuah Masjid di Mandalay
Yang pertama Muslim telah mendarat di Myanmar (Burma) Sungai Ayeyarwady delta, pantai Taninthary dan Rakhine sebagai pelaut di abad ke-9, sebelum pembentukan) kerajaan Myanmar (Burma pertama di 1055 Masehi oleh Raja Anawrahta dari Bagan atau Pagan. [26] [27] [28] [29] The fajar permukiman Muslim dan penyebaran Islam secara luas didokumentasikan oleh Arab , Persia , Eropa dan Cina pelancong dari abad ke-9. [30] [31] Populasi saat Muslim Myanmar keturunan Arab , Persia , Turki , Moor , India-Muslim , syekh , Pakistan , Pathan , Bengali , China Muslim dan Melayu yang menetap dan menikah dengan lokal Burma dan banyak kelompok etnis Myanmar seperti, Rakhine , Shan , Karen , Mon dll . [32] [33]